Kamis, 08 Mei 2008

Dari Kartini Sampai Feminisme Islam

‘Yang tak kalah spektakuler adalah gerakan sekelompok feminis Muslim yang merumuskan Counter Legal Draft (CLD) terhadap Kompilasi Hukum Islam (KHI) hasil produk Inpres No.1 tahun 1991. Bagi mereka, KHI masih mengidap cara pandang dan filosofi patriakrhi. Karena itu, perlu revisi agar selaras dengan semangat Islam yang menuntut keadilan dan kesetaraan.’

Perjuangan keadilan dan kesetaraan gender di negeri ini telah berlangsung lama, sejak sebelum Indonesia merdeka hingga era reformasi. Tokoh-tokoh dan isunya pun beragam. Jika dikategorisasi secara periodik, gerakan feminisme Indonesia punya empat gelombang. Pertama, dirintis oleh individu-individu yang tak terlembaga dan terorganisasi secara sistemik. Mereka bergerak sendiri-sendiri. Mungkin karena hambatan dan keterbatasan, perempuan sekuler seperti RA Kartini, tak bersinergi dengan perempuan Muslim dalam memperjuangkan hak-hak perempuan. Periode ini berlangsung senjak akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Tokoh-tokoh perempuan Muslim yang muncul pada periode ini, antara lain Rohana Kuddus (Minangkabau), Rahmah el-Yunusiyah, dan lain-lain. Mereka telah mendirikan pesantren khusus perempuan (ma'had lial-banat). Di pesantren, remaja-remaja puteri diajari baca-tulis. Telah disadari, belajar membaca dan menulis bukan hanya hak khusus kaum laki-laki. Tokoh-tokoh perempuan saat itu bukan hanya menuntut perbaikan pendidikan perempuan, tapi juga telah menggugat praktek poligami, pernikahan dini, dan perceraian yang sewenang-wenang. Gerakan individual yang baru dalam tahap rintisan ini tak bisa diharapkan punya pengaruh signifikan. Perjuangan mereka seperti berteriak di tengah belantara dunia patriakhi. Kedua, institusionalisasi gerakan dengan munculnya organisasi-organisasi perempuan seperti Persaudaraan Isteri, Wanita Sejati, Persatuan Ibu, Puteri Indonesia, Aisyi'ah Muhammadiyah, dan Muslimat NU. Ini berlangsung antara akhir 1920-an hingga akhir 1950-an. Isu yang berkembang masih sama dengan sebelumnya, yaitu emansipasi perempuan di pelbagai bidang, termasuk penolakan poligami, pembenahan pendidikan, dan sebagainya. Organisasi perempuan Muhammadiyah, Aisyi'ah, cukup gencar menyuarakan pentingnya perempuan mengambil bagian di ruang publik, karena mereka punya hak yang setara dengan laki-laki untuk meningkatkan kualitas diri. Cukup mengagetkan, Muslimat NU—yang dikenal tradisional—dalam sebuah konferensi di Surabaya (1930-an) mulai mendesak agar perempuan dibolehkan memasuki lembaga-lembaga politik. Desakan Muslimat NU ini dikukuhkan konferensi besar Syuriah NU (1957) di Solo yang membolehkan perempuan menjadi anggota parlemen. Pada periode ini, undang-undang keluarga pertama lahir: UU No. 22 tahun 1946. Salah satu pasalnya menyebut bahwa perkawinan, perceraian, dan rujuk harus dicatatkan. Penubuhan gagasan ke dalam sebuah undang-undang, sungguh terobosan baru. Ketiga, emansipasi perempuan dalam pembangunan nasional yang berlangsung sejak 1960-an hingga 1980-an. Dengan makin baiknya pendidikan perempuan, sejumlah perempuan mulai terlibat dalam proses pembangunan yang digalakkan Orde Baru. Perempuan bukan hanya diakui kemampuannya, tapi juga diajak aktif dalam mengisi pembangunan. Ada banyak tokoh perempuan Islam yang lahir pada periode ini, misalnya Zakiah Drajat. Ormas keagamaan tradisonal seperti NU memasukkan perempuan dalam komposisi Syuriah NU, seperti Nyai Fatimah, Nyai Mahmudah Mawardi, Nyai Khoriyah Hasyim. Ini tak lazim dan tak ada presedennya dalam sejarah NU. Hanya saja, gerakan perempuan pada periode ini belum maksimal. Perempuan cenderung tidak proaktif dalam proses-proses tersebut. Ini mungkin karena jumlah yang terlibat masih terbatas. Namun yang perlu dicatat, pada periode ini telah lahir Undang-Undang No. 1 tahun 1974 tentang Hukum Perkawinan. Di dalam Undang-Undang ini, poligami makin dibatasi. Laki-laki tak bisa mempraktekkan poligami tanpa mendapat ijin isteri. Pengetatan poligami ini sempat mengundang polemik tajam dalam tubuh umat Islam. Keempat, diversifikasi gerakan hingga ke level terbawah seperti pesantren.Ini berlangsung antara 1990-an hingga sekarang. Pada era ini terjadi sinergi antara feminis sekular dan feminis Islam. Feminis sekular seperti Saparinah Sadli, Wardah Hafidz, Nursyahbani Katjasungkana, Yanti Mukhtar dan Gadis Arivia, yang punya hambatan teologis dalam gerakan, mendapat injeksi moral- keagamaan dari para feminis Muslim. Begitu juga sebaliknya; para feminis Muslim mendapat pengayaan wacana dari tokoh-tokoh feminis sekuler. Mereka berjejaring dan bersinergi dalam memperjuangkan hak-hak perempuan. Muara yang hendak dituju sama, yaitu penguatan civil society, demokratisasi, dan penegakan HAM, termasuk keadilan dan kesetaraan gender. Prestasi yang perlu dicatat pada periode ini adalah lahirnya UU No.23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga. UU ini menegaskan bahwa kekerasan bukan hanya fisik, tapi juga psikis, seksual, atau petaran (Bab III pasal 5). Yang tak kalah spektakuler adalah gerakan sekelompok feminis Muslim yang merumuskan Counter Legal Draft (CLD) terhadap Kompilasi Hukum Islam (KHI) hasil produk Inpres No.1 tahun 1991. Bagi mereka, KHI masih mengidap cara pandang dan filosofi patriarkhi. Karena itu, perlu revisi agar selaras dengan semangat Islam yang menuntut keadilan dan kesetaraan. Para feminis Muslim yang fenomenal dalam gelombang ini, antara lain Sinta Nuriyah Wahid, Lies Marcoes-Natsir, Farha Cicik, Siti Musdah Mulia, Maria Ulfa Anshar, dan Ruhainy Dzuhayatin. Yang menarik, tak seperti periode sebelumnya, gelombang terakhir ini tak lagi diurus kaum perempuan per se, tapi juga disokong secara moral-intelektual oleh feminis laki-laki, seperti (alm.) Mansoer Fakih, Nasaruddin Umar, Budhy Munawar-Rachman, dan KH Husein Muhammad. Kehadiran mereka ikut menambah amunisi bagi kokohnya gerakan perempuan di Indonesia. Kiai Husein yang datang dari lingkungan pesantren, sebuah institusi yang selama ini dianggap sebagai lumbung konservasi teologi patriakhi, menulis sejumlah buku penguatan dan advokasi perempuan dari perspektif fikih. Kini generasi di bawah mereka sudah siap menyangga dengan perlengkapan intelektual yang mumpuni dan integritas diakui, seperti Faqihuddin Abdul Kodir, Marzuki Wahid, Syafiq Hasyim, Badriyah Fayumi, Masruchah, dan lain-lain. Tokoh-tokoh muda yang rata-rata lahir tahun 1970-an ini punya dedikasi tinggi bagi tegaknya keadilan dan punahnya diskriminasi di negeri ini.***

Gerakan Moral Pemuda

"(Ingatlah) tatkala pemuda-pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua lalu mereka berdo'a, "Wahai Rabb kami berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakan lah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)"
(Al Kahfi [18]: 10).

Pemuda adalah sebutan yang melekat pada satu tingkatan usia manusia. Perannya tidak pernah luput dari pentas sejarah kehidupan manusia. Sejak dulu sampai detik ini, di setiap waktu dan zaman pemuda selalu memegang peranan yang menentukan, baik dalam kebaikannya maupun kejahatannya.
Masih segar dalam ingatan kita bagaimana keberingasan para pemuda dalam peristiwa "Sabtu Kelabu" yang tercatat sebagai peristiwa politik terbesar dalam 20 tahun terakhir ini. Kita juga akan selalu ingat akan kebengisan kader-kader PKI dengan Gestapunya dalam membantai para jenderal dan ulama kita pada 31 tahun yang lalu. Dan kita juga takkan pernah lupa akan kegagahan para pejuang kita dalam mengusir penjajah, kegigihan arek-arek Suroboyo dalam mempertahankan kemerdekaan, keberanian para pemuda yang tergabung dalam KAMI dan KAPPI dengan Tritura-nya dan terakhir kiprah para pemuda dalam peristiwa "Sumpah Pemuda" 68 tahun yang lalu. Shahabat Rasulullah SAW yang dikenal dengan sebutan assabiqunal awaaluun juga terdiri dari para pemuda.
Siapakah pemuda?
Pemuda ibarat darah yang sedang menggelegak, sikapnya peka terhadap hal-hal yang baru, menyukai perubahan dan tidak suka dengan "kemapanan", agresif dan dinamis. Bila ia terpikat pada suatu hal yang menurutnya layak diburu, maka ia takkan segan-segan mengorbankan jiwa untuk mendapatkannya.
Potensi yahg dimiliki pemuda adalah ibarat pedang yang tajam. Ia dapat digunakan oleh pejuang di jalan Allah Ta'ala, tetapi dapat pula dipakai oleh para penjahat berjuang di jalan syaithan. Biang keladi dari kejahatan dan kemungkaran adalah pemuda, namun mereka juga merupakan lasykar pejuang yang menjunjung tinggi panji-panji kebenaran. Pemuda jauh lebih agresif daripada orang tua, baik dalam kebaikan maupun dalam kejahatan. Ini merupakan fenomena yang terlihat di setiap zaman.
Perhatian Islam terhadap pemuda
Sedemikian penting dan strategisnya kedudukan pemuda, maka Islam sangat menaruh perhatian terhadap pemuda sejak dini. Dalam rangka mendidik anak dengan baik, maka Allah SWT telah memberi petunjuk kepada kita melalui Luqmanul Hakim dalam mendidik putranya.
Peringatan Luqman agar putranya senantiasa merasa diawasi oleh Allah SWT atas segala perbuatannya.
"(Luqman berkata) "Hai anakku, sesungguhnya jika ada (suatu perbuatan) seberat biji sawi dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi niscaya Allah akan menda tangkannya (membalasnya). Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Mengetahui" (Luqman [31]:16).
Perintah Luqman kepada anaknya agar mendirikan shalat dan beramar ma'ruf dan nahi munkar serta wasiat untuk bersabar:
"Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan munkar dan bersabarlah terhadap apa yng menimpa kamu. Se sungguhnya yang demikian itu termasuk yang diwajibkan (oleh Allah)" (Luqman [31]: 17).
Rasulullah SAW juga menaruh perhatian begitu besar kepada pemuda, seperti yang terucap dalam sabda-sabdanya. Tentang menghargai waktu beliau bersabda: "Jagalah lima hal sebelum datang lima hal; masa mudamu sebelum masa tuamu, kesehatanmu sebelum masa sakitmu, kayamu sebelum miskinmu, masa senggangmu sebelum datang sempitmu, dan hidupmu sebelum matimu" (HR. Hakim).
Kepada para pemuda untuk menjaga kehormatannya, beliau bersabda,"Wahai para pemuda, barangsiapa yang telah mampu (untuk menikah) maka menikahlah, sesungguhnya menikah itu lebih menundukkan mata dan memelihara pandangan. Barangsiapa yang belum mampu, hendaklah ia puasa, sesungguhnya puasa merupakan tameng baginya" (HR. Bukhari).
Semua arahan itu dimaksudkan untuk mendidik pemuda yang penuh potensi agar menjadi sosok pribadi muslim ideal. Karena pemuda di saat ini akan menjadi aktor sejarah di masa datang yang perannya dinantikan untuk menuntun ummat manusia kepada keridhaan Allah SWT.
Pemuda penghasung da'wah
Pemuda Islam adalah pewaris da'wah kebenaran yang dibawa oleh para nabi. Tiga buah kisah berikut dapat sebagai pendorong pemuda Islam di dalam menyadari perannya dalam meraih kemenangan yang dijanjikan Allah SWT.
1. Kisah Ashhabul Ukhdud
Kisah tentang kegigihan dan ketabahan seorang ghulam (pemuda) dalam mempertahankan diennya di depan penguasa dzalim. Ia telah diselamatkan Allah SWT dari usaha pembunuhan diterjunkan ke dalam jurang dan ditenggelamkan ke dalam laut oleh raja, karena dia meyakini bahwa Rabbnya dan Rabb raja adalah Allah SWT. Sebelumnya, gurunya telah dipenggal kepalanya karena keimanan mereka.
Dan akhirnya (sesuai petunjuk pemuda itu) disaksikan oleh seluruh rakyat negeri, pemuda itu dibunuh sebagai syuhada oleh anak panah yang dilepaskan raja dengan ucapan "Bismillahi Robbil ghulam" (Dengan nama Allah, Rabbnya pemuda ini). Serentak dengan matinya pemuda itu, seluruh rakyat beramai-ramai menyatakan beriman kepada "Rabbnya pemuda itu". Rajapun murka dan membakar seluruh rakyat dalam sebuah parit (ukhdud) yang berisi kobaran api.
Peristiwa ini Allah abadikan dalan surat Al Buruuj. Secara sekilas nampaknya sebagai kebinasaan bagi ghulam itu, tetapi sebenarnya dengan berimannya seluruh rakyat di sebuah negeri berarti merupakan sebuah kemenangan.
2. Ashhabul Kahfi
Mereka adalah tujuh orang pemuda bangsawan dan seekor anjingnya yang berasal dari lingkungan kerajaan Romawi. Mereka memisahkan diri dari kaumnya yang masih jahiliyah dan membuat tempat peribatan sendiri untuk menyembah Allah SWT.
Masyarakat Romawi saat itu mempunyai tradisi menyembah berhala dan menyembelih binatang sebagai korban untuk berhala itu. Ketika diketahui oleh pengawal raja, maka ditangkaplah para pemuda itu dan dihadapkan kepada raja Dikyanus.
Oleh raja mereka diberi kesempatan berfikir untuk kembali ke agama nenek moyang atau dibunuh. Tetapi mereka memilih untuk mengimani Allah Ta'ala dan menyelamatkan diri dari kejaran para pengawal raja yang hendak membunuhnya. Mereka lari ke dalam sebuah gua (kahfi) dan atas izin Allah, mereka selamat dari kejaran para pengawal raja dan tertidur di dalam gua selama sembilan ratus tahun.
3. Assabiqunal awwalun
Ketahuilah, kader-kader da'wah yang digembleng oleh Rasulullah SAW di rumah Arqam bin Abil Arqam adalah para pemuda. Dari tangan-tangan merekalah terbitnya fajar Islam. Bagaimana tidak, waktu itu usia Rasulullah SAW 40 tahun, sementara Abu Bakar RA berusia 3 tahun lebih muda, sedangkan usia Umar bin Khattab RA baru 27 tahun. Bahkan Ali bin Abi Thalib RA masih sangat muda yaitu 10 tahun. Di samping itu para mujahid tangguh yang digembleng Rasulullah SAW juga para pemuda seperti Abdullah bin Mas'ud RA, Abdurrahman bin Auf RA, Za'id bin Tsabit RA, Mush'ab bin Umair RA, Bilal bin Rabah RA, Amar bin Yasir RA dan puluhan bahkan ratusan pemuda yang lain.
Dalam mengemban risalah da'wah, mereka dengan tabah menanggung ancaman dan siksaan, rela berkorban demi tegaknya kalimah Allah. Siang dan malam tanpa mengenal lelah berusaha keras untuk mewujudkan kemenangan gemilang serta tersebarnya Islam, sehingga dalam waktu singkat sebuah negara Islam yang berdaulat dengan pemerintahan sendiri dapat terbentuk dalam waktu 23 tahun saja.
Penutup
Dinamika perubahan zaman yang semakin menuju kepada kehancuran aqidah dan akhlaq menuntut pemuda Islam untuk tampil ke depan menyingkirkan segala bentuk kemungkaran dan menuntun masyarakat kepada cahaya kebenaran Islam. Tidak sepantasnya potensi yang dimiliki pemuda disia-siakan dalam gelimang kemaksiatan dan kejahatan. Sekaranglah saatnya untuk bangkit berkemas menyambut seruan Allah dan Rasul-Nya. Di tangan pemudalah masa depan umat ini. Sejarah telah mencatat bahwa yang bertindak sebagai pilar penyangga ke bangkitan Islam, sebagai pengibar panji-panjinya dan sebagai panglima perangnya didominasi para pemuda Islam yang penuh keimanan. Dan untuk itu Allah memberikan tambahan hidayah dan petunjuk-Nya sebagaimana yang telah Allah SWT kepada Ashhabul Kahfi.
Wallahu a'lam bishawab.....



________________________________________
Pesan Untuk Pemuda

Pemuda Islam punya tanggungjawab untuk meneruskan da'wah para nabi dan Rasul. Masa depan ummat ini tergantung peran yang dimainkan oleh pemuda Islam. Untuk membebaskan manusia dari penghambaan kepada sesamanya menuju penghambaan kepada Allah SWT semata, maka pemuda Islam harus memiliki setidaknya empat hal.
1. Iman yang kuat
Iman harus dijaga dalam hati agar senantiasa tertanam kuat, tidak mudah goyah dan surut. Allah SWT telah berfirman: "Sesungguhnya orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar" (Al Hujuraat [47]: 18).
2. Keikhlasan yang sungguh-sungguh
Keikhlasan yang tulus dan tidak dikotori oleh maksud- maksud duniawi dan pujian dari manusia. Dalam hal ini Allah SWT telah berfirman: "Padahal mereka tidak disuruh kecuali menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat dan yang demikian itulah agama yang lurus" (Al Bayinah [96]: 6).
3. Usaha yang berkesinambungan
Salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam memenuhi misi Islam adalah tidak mengenal rasa jenuh dan malas. Allah SWT pun telah memberi peringatan kepada kita:"Dan katakalah, "Bekerjalah kamu, maka Allah dan rasul-Nya serta orang-orang mu'min akan melihat pekerjaanmu itu" (At Taubah [9]:105).
4. Istiqamah dengan janji Allah SWT
Seorang pemuda yang berjuang di jalan Allah tidak mengharap apa-apa, kecuali "menang dalam kemuliaan atau mati di jalan Allah" . Dia tidak pernah putus asa terhadap janji Allah tersebut. Allah telah memperingatkan kepada orang- orang yang telah mengaku beriman:"Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan), sehingga berkatalah rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya, "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat" (Al Baqarah [2]: 1).
Keempat hal tersebut merupakan sebagian ciri khas orang-orang yang telah menepati janjinya kepada Allah SWT, sekaligus merupakan kelebihan bagi para pemuda Islam yang tidak pernah minder menghadapi manusia di sekitarnya. Karena sesungguhnya landasan iman adalah jiwa yang suci, landasan keikhlasan adalah hati yang bersih, landasan tekad adalah semangat yang kuat membara, landasan usaha adalah kemauan yang keras dan landasan pengorbanan adalah aqidah yang kokoh, dan kesemuanya itu hanya ditemui dalam diri seorang pemuda.
Wallaahu a'lam...
Islam Mosque