Rabu, 20 April 2011

Perempuan dan pelestarian alam...

by
"Israwati Sarbia"

Beberapa tahun terakhir bencana terus melanda di berbagai belahan dunia, seakan alam sudah enggan bersahabat dengan manusia. Angin keras, badai dan curah hujan naik secara signifikan di satu bagian dunia, namun menurun di belahan dunia yang lain. Keseluruhan kegiatan manusia menghasilkan emisi gas rumah kaca di atmosfer bumi, dan komponen terbesarnya adalah karbondioksida (CO2). Penebalan CO2 di atmosfer laksana permadani yang membentang, berakibat pada naiknya temperature muka bumi secara global. Jika terus dibiarkan maka ekosistem hidup akan terganggu. Salah satu hal terbesar yang dapat menimbulkan pemanasan global adalah tidak adanya keseimbangan alam disebabkan hutan sebagai salah satu sumber utama keragaman hayati tidak berfungsi secara optimal akibat banyaknya kasus illegal loggin.

Perempuan dan Lingkungan Hidup

KTT di Rio de Janeiro tahun 2002 secara eksplisit menyatakan keterkaitan antara perempuan, lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan antara lain termuat dalam agenda 21 Kelompok perempuan stakeholder yang harus dilibatkan, hal ini dicantumkan dalam prinsip ke-20 deklarasi : “Perempuan mempunyai peran penting dalam pengelolaan lingkungan dan pembangunan. Partisipasi penuh mereka sangat penting untuk meningkatkan pembangunan berkelanjutan”.

Beberapa penelitian menunjukkan perempuan cenderung mempunyai minat besar dalam melestarikan tanaman ladang, hutan dan sumber daya alam lainnya untuk dapat dipakai selamanya, lantaran karena tanggung jawabnya untuk menyediakan makanan senat, bahan bakar dan air. Beban kerja tersebut bertambah pada saat sumber-sumber makanan, bahan bakar dan air berkurang. Sedangkan laki-laki lebih sering menggunakan sumber daya untuk tujuan mendapatkan uang. Dalam keseharian perempuan dan anak-anak lah yang sangat membutuhkan air. Bagaimana seorang ibu memilih, mengambil, menyimpan, memelihara dan memanfaatkan air, secara tidak langsung akan menjadi kebiasaan yang akan ditiru oleh anak-anaknya.

Tak dapat dipungkiri bahwa perempuan dan alam merupakan keterkaitan yang tak terhindarkan. Perempuan sebagai pemelihara, pelindung keberadaan alam telah membangkitkan gerakan ekofeminisme (Arivia.G, 2002). Perempuan adalah sosok yang sangat dekat dengan alam sehingga kedekatannya ini menjadikan mangsa dominasi system globalisasi ekonomi. Dimana tubuh perempuan menjadi sasaran marginalisasi dan pemiskinan. Ini juga menunjukkan bahwa paradigma ethnocentries perlu diubah dengan paradigma ecocentries yang menuju paradigma ekofemis (Darmawati, 2002).

Peran KOHATI

Kohati sebagai komponen strategis bangsa dan sebagai salah satu wadah akselerasi pemberdayaan perempuan memiliki instrument yang ampuh dalam memobilisasi perempuan untuk melestarikan lingkungan. Ke depan persoalan lingkungan semestinya menjadi main issue dalam perjalanan Kohati, bekerja sama dengan WALHI dan pihak lain yang konsen pada persoalan lingkungan.

Kohati bahkan diharapkan mampu berperan sebagai agent of control terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan lingkungan termasuk sector kehutanan yang kini marak dipersoalkan. Memang lingkungan bukanlah hal yang menggairahkan untuk dibahas apalagi ditekuni, jika dibandingkan sektor hukum atau politik bagi Kohati atau HMI sekalipun. Namun, kalau kita mau mencoba menelaah, sebenarnya lingkungan sangat menarik untuk dibahas dan berhubungan dengan hajat hidup orang banyak. Lingkungan berkaitan dengan multidimensi, baik pendidikan, ekonomi maupun hukum. Tinggal dimana dan bagaimana kita berperan secara optimal.

(Disampaikan dalam diskusi bulanan bersama teman2 WALHI Makassar....)
Islam Mosque