Selasa, 07 Juni 2011

Dia lelaki tapi juga perempuan...!!!!

Suatu siang yang terik disebuah bis kota yang penuh sesak, melaju membelah jalan, kuberdiri menggelayut pada sebuah tiang besi, tubuhku berkeringat oleh cuaca yang kian terik dan sumpeknya udara disekitarku, bajuku basah, sepatu high heels yang kukenakan menyiksa tumitku yang terbiasa mengenakan sepatu sporty. Jika saja bukan karena ingin menghadiri pesta pernikahan kawanku tidak mungkin aku yang telah terbiasa santai dalam berbusana sedikit berubah lebih feminism. Disisiku seorang bocah laki-laki duduk dipangkuan ibunya, wajahnya yang lugu mengingatkanku pada anak kakakku yang seusia dengannya, matanya yang bening nalar menatap sang pengamen yang dengan suaranya yang baritone bernyanyi ditengah kerumunan manusia didalam bis. dandanannya yang sedikit menor, lentik jemarinya memainkan dawai gitar, kunikmati bait-bait lagu yang ia nyanyikan “ wanita dijajah pria sejak dulu, dijadikan permainan sangkar emas…”

Tiba-tiba kudengar lirih ucapan sang bocah “ ma, kakak itu laki-laki atau perempuan ??? ” sang ibu berucap “ia laki-laki tapi juga perempuan”, lalu sang bocah kembali bertanya “tapi kenapa ?” lalu percakapan-percakapan itu terhenti dengan beribu pertanyaan didalam benak sang bocah, sebab sang ibu keburu membekapnya dengan telunjuk yang ditempel kemulutnya tanda ia menyuruh anaknya untuk diam. Hatiku tersentak, seorang bocah yang umurnya masih sekitar 5 tahun bertanya tentang eksistensi seseorang. Pertanyaan yang sederhana namun tak pernah tuntas untuk dipertanyakan meski oleh seorang professor sekalipun. “mengapa seorang laki-laki ingin seperti perempuan (women clone)?“.

Meskipun ada beberapa literature-literatur yang masih saja berasumsi bahwa perempuan adalah makhluk yang tidak sempurna (The second sex). Bahwa makhluk yang pertama diciptakan adalah laki-laki, dan perempuan diyakini diciptakan dari tulang rusuk laki-laki, maka secara ontologism perempuan derivative, sekunder dan lemah. Bahkan ahli teologi abad pertengahan, Thomas Aquinas mengemukakan bahwa “generasi manusia muncul lewat air mani laki-laki dan wanita hanya menyumbang jasa, yang dibentuk oleh bibit laki-laki kemudian perempuan terjadi lewat sebuah kecacatan dimana proses pembentukan tersebut gagal terjadi secara utuh hingga perempuan dilahirkan sebagai anak laki-laki yang salah jadi “.

Namun dengan segala kemisteriusannya perempuan tetap perempuan. Apakah tubuh perempuan sangat menggoda untuk dimiliki hingga mereka (laki-laki) merelakan tubuh mereka untuk dipermak persis seperti dengan tubuh perempuan dengan payudara dan bibir bergincu, operasi plastic demi wajah seindah rembulan dengan alis tipis melengkung dan bulu mata lentik, bahkan ada yang sengaja operasi kelamin, membuang penisnya untuk sebuah lubang vagina, membusungkan dadanya dengan suntik silicon. Sebuah proses transisi yang pasti menyakitkan dan membutuhkan materi dan kesiapan mental yang kuat.

Lalu kuteringat pada sebuah kontes kecantikan ratu sejagad waria, dan beberapa perkumpulan yang diorganisir oleh mereka yang telah merubah statusnya menjadi seperti perempuan dengan berbagai sosialisasi dan kegiatan yang mengukuhkan keberadaan mereka. Bahkan beberapa diantaranya dengan sunguh-sungguh mengenakan jilbab selayaknya seorang muslimat sejati. Kembali kuteringat sepotong kisah disalah satu stasiun televisi swasta pada sebuah wawancara talk show, seseorang bertanya pada beberapa pembicara dari sebuah perkumpulan waria “ bagaimana cara kalian yang ingin membuang air kecil? Dan bagaimana jika ia meninggal, apakah ia ingin tetap seperti dirinya yang sebenarnya atau mati seperti yang ia lakoni ?” beberapa pertanyaan yang tentu saja nyeleneh namun menggugah kita untuk berfikir seperti apa keinginan mereka yang sesungguhnya?. Apa yang ada dalam fikiran dorce dan kawan-kawan yang telah merubah eksistensinya dari laki-laki menjadi perempuan. Dimana letak kesalahan dan bagaimana pembenarannya bagi kita.

Tubuh perempuan memang menggoda bagi siapa saja yang menginginkannya, dengan berbagai cara perempuan dan tubuhnya dianggap bertanggungjawab atas status subordinasi mereka dalam masyarakat, diskriminasi, marginalisasi, violene, bahkan dieksploitasi. Anganku terus berpacu dengan berbagai pertanyaan-pertanyaan yang merayapi logikaku. Sebagai seorang mahasiswi yang terlibat untuk memperjuangkan nasib perempuan yang masih diskriminatif dan kerap dimarginalkan. Perjuangan yang tiada henti-hentinya oleh kami untuk menuntut kesetaraan tanpa membuat kaum perempuan menjadi seperti lelaki (not male clone) agar tercipta suatu masyarakat yang bebas gender (gender-free a society).
Pernahkah kita bertanya mengapa perempuan diciptakan tidak seperti laki-laki, tanpa penis, tanpa jakun, tanpa kumis? Jawabannya adalah Ya perempuan bukan laki-laki lalu mengapa ketika seseorang memutuskan untuk menjadi perempuan menghilangkan sosoknya sebagai laki-laki, dunia tunduk atas nama HAM, segala norma tak lagi diindahkan. Humanism-pluralisme-liberalisme dan ketika perempuan menuntut kesetaraan tanpa merubah jati dirinya dunia seolah runtuh, norma dan agama memaksa perempuan untuk diam dan memasungnya dalam bingkai KODRAT….
Islam Mosque