Kamis, 14 November 2013

Kutipan....

...Di mata orang arif, Langit adalah lelaki dan Bumi adalah perempuan.
Bumi menerima saja apa yang diturunkan Langit ke haribaan dan rahimnya.
Jika bumi kurang panas, Langit mengirimkan
panas.
Jika bumi kurang segar, Langit menyegarkan
bumi yang lembab.
Langit berputar menurut sumbunya, bagaikan
suami mencari nafkah bagi istrinya.
Dan Bumi sibuk mengurus rumah: ia menunggui
dan menyusui bayi yang dilahirkan.
Perumpamaan Bumi dan Langit adalah seperti
bakat dan kepandaian.
Yang satu memerlukan yang lain untuk hidup dan maujud.
Tanpa Bumi bagaimana kembang dan
pepohonan berbunga?
Tanpa Bumi apakah Langit bisa menghasilkan air dan panas?... *Jalaluddin Rumi

Sabtu, 05 Oktober 2013

Tahniah Kanda Munawir...

Bukankah laskar ini telah memberikan segalanya pada kita?
keheningan bola mata para kader,
suara-suara yang menggema di dalam forum,
perihal ilmu yang disempurnakan,
malam-malam yang berkepanjangan,
juga perjuangan yang tak punya ujung.

Mengkaji perihal apa dan mengapa,
juga perihal Nilai Dasar Perjuangan yang diwariskan Ayahanda kita.
sekalipun kita terkadang tak mengerti...
langkah ini akan tetap lurus, seperti telah dipetakan dalam derap langkah yang menua,
sebagimana salempang dan peci yang masih melekat erat hingga malam mencumbui bibir sang fajar di sudut ruangan itu.

Karena perjuangan memang belum usai, sekalipun panji kemenangan belum pasti di genggaman kita.. Yakin Usaha Sampai

(Selamat kepada kanda Munawir Mattareng atas terpilihnya sebagai Formatur Ketua Umum Badko HMI Riau-Kepri)


Selasa, 01 Oktober 2013

Coretan hitam seorang kader hijau hitam..

Untukmu kawan………
Teruslah berkarya walau kita sudah letih
Rapatkan barisan, karena kejayaaan itu sudah didepan mata kita
Yakinlah akan usaha kita, jangan pernah mengeluh
Biarkanlah orang lain berteriak, dan anjing itu menggonggong
Kerena mereka hanya bisa menggongong takut tidak kebagian tulang
Jangan pedulikan suara itu, teruslah berkarya
Karena yang kita usung adalah amanah suci
Dan itu sudah kita lakukan.

Tapi Kenapa……..??????????
Kenapa, Dihadapan mereka kita keliru, seolah kita tidak ada benar
Bukankah kita berkarya sesuai aturan main perjuangan yang telah digariskan
Atau mereka memang belum paham tentang lautan kata, data dan bahasa yang
dipundaknya tentang aturan itu.

Tapi tidak mengapa kawan………..!!!!!!!
Karena mereka tidak tahu kondisi kita dan mereka memang tidak mau tahu
Biarkanlah suara itu terus bertalu
Jangan pedulikan suara itu
Suara-suara yang hanya bisa merusak derap langkah perjuangan

Kawan……….
Kita semua sudah tahu bahwa membawa amanah suci ini harus melalaikan
kewajiban-kewajiban pribadi, tapi hal itu tidak mengapa kita lakukan, demi
keutuhan bersama

Tapi mengap ????
Mereka tidak tahu menghargai perjuangan kita
Menghargai kita sebagai seorang pribadi yang lemah
Menghargai kita sebagai organisatoris yang penuh dengan aturan
Menghargai kita sebagai barisan perjuangan yang penuh dengan idealisme
Karena.... Karena mereka bukan siapa-siapa……..

coretan sesaat di momen MUSDA KOHATI BADKO SULSELBAR....


Selasa, 17 September 2013

Perempuan dan HMI-Wati KU......

"ketika emansipasi perempuan dijadikan sebagai sebuah alasan untuk hidup...

ingatlah, hakikat kita adalah seorang perempuan..."


Perempuan dan kelelahannya...
ketika rapuh, pada senja ia bersandar
layaknya sang kekasih yang mengadu pilu
sampai batas cakrawala senja memudar
di penghujung rindu..
Jika ia letih, maka malam akan mendekapnya
dengan segala kepekatan malam..
dengan segala nuansa menghitam..
kemudian ia berkata, "aku tak sendiri"

Perempuan dan keindahannya...
bukan karena kecantikan wajahnya
bukan karena kesempurnaan tubuhnya..
Ia mampu menjadi bunga..
ketika kuncup, seolah pesonanya tak ingin di nikmati dunia
merunduklah ia, bukan berarti tak berdaya
ketika mekar, ia akan menjadi bijak
sampai embun melapisinya dengan kesejukan
kemudian ia layu...
bukan berarti lemah tak berarti...
ketegaran akan ada padanya..

Perempuan dan keberaniannya...
jika ia tak mampu bertopang pada dunia,
maka dunia akan bertopang padanya..
jika ia tak sanggup menyambut sang fajar
maka sang fajar akan memberinya seberkas cahaya cinta untuknya
jika ia tak bisa melewati liku hidupnya
maka.. akan ada seseorang yang mendampinginya
melewati semua jalan yang di tempuh...

Perempuan dan keperkasaannya...
Perempuan yang dikata orang lemah..
Perempuan dengan segala ketidakdayaannya..
Perempuan dengan kepingan air matanya
sekejap ia akan berubah...
ia mempunyai hati yang lembut
ia mempunyai kasih sayang
ia mempunyai kehangatan
ia mempunyai cinta
dunia baginya, takkan lagi menjadi api

selebihnya akan ia sadari..
bahwa ia adalah seorang perempuan

Teruntuk HMI-Wati, tetaplah menjadi pelopor peradaban dan inspirasi intelektual perempuan2 bangsa..... AIDIL MILAD KOHATI KE-47, Jayalah KOHATI Bahagia HMI

Rabu, 28 Agustus 2013

"Miss World & Harga Seorang Perempuan"


28 Sepetember 2013 mendatang Jakarta dan Bali akan disibukkan oleh sebuah event dunia Miss World 2013. Edisi 63 Miss World ini akan menampilkan kemolekan 131 peserta dari beberapa negara. Konon potret perempuan yang maju ada di sana.

Gelombang penolakan dari beberapa ormas Islam termasuk MUI tak dihiraukan oleh MNC group sebagai pelaksana, bahkan cenderung merendahkan para Ulama MUI dengan iming-iming gratis jaringan Indovision di seluruh Indonesia dan para anggota MUI akan dijadikan dewan penasehat MNC group. Syukurlah MUI menolak dengan tegas dan tidak merubah sikap mereka.

Acara Miss World 2013 ini sendiri nantinya akan di siarkan live oleh RCTI. Di sana harga seorang perempuan dinilai dari kemolekan tubuh dan beberapa keterampilan tambahan yang tidak begitu penting. Lihatlah bagaimana pemodal menghargai tubuh seorang perempuan. Memang sebagaimana yang selalu diberitakan oleh telivisi MNC group milik @Hary_Tanu calon wapres dari Hanura ini akan menghilangkan session event bikini dan menggantinya dengan pakaian sarung Bali tapi hal itu tak sebanding dengan kehormatan sebuah bangsa yang beradab seperti Indonesia.

Perempuan selalunya diperlakukan tidak adil oleh media-media tak terkecuali acara miss world itu. Perempuan hanya menjadi obyek fisik yang menarik secara sensual. Bukankah ini materialisasi nilai-nilai keindahan seorang perempuan.

Tolak miss world 2013 dan sebaiknya jangan cari istri di sana ongkosnya mahal.

Rabu, 21 Agustus 2013

Menghantar Senja...

seperti hari hari yang lalu
Sejarah telah membisikkan ketidakteraturan...
Lalu,hari ini semua pendengaran terlanjur bising

Orang orang akan banyak merangkak
Pada sebuah muara pencitraan..
Politik,undang undang,hukum dan defenisi baik hati...
Akan terhalang oleh tirai kata kata manis....retoris kawan...

esok.....
Hanya sebuah tubuh sederhana yang akan mampu bertahan....
Bersinar....
Pohon dan daunya masih hijau...
terlihat elok...dan damai..

cahaya matahari semburat ibarat
Wajah alam yang sedang terlelap..
Tak ada kesombongan....

wahai kawanku...
Masihkah kau menyimpan puisiku?
Masihkah kita berani berteriak? meneriakkan kebenaran....


Jumat, 16 Agustus 2013

Dirgahayu RI ke-68 th




Partai lebih terang dari merah putih 
Milan, Mu, Liverpool lebih merah dari merah putih 
Orang putih (bule) lebih putih dari merah putih 
Asap putih pabrik lebih putih dari merah putih 
merah putih hanya sekedar simbol dikarenakan hal itu telah dinodai dengan nilai2 demokrasi yang agak suram,,,, 
Demokrasi hanya mereformasi nilai2 proklamasi 68 tahun silam...

Senin, 12 Agustus 2013

Catatan Akhir Ramadhan

Kemenangan Siapa?

Tidak ada aturan tertulis bahwa lebaran haruslah dirayakan dengan pesta belanja namun fakta Ramadhan lalu menjelang lebaran berbicara lain. Momentum religius yang diacak menjadi selera pasar dan belanja.

Ini perayaan kemenangan konsumerisme yang berbalut agama. Halnya tindakan-tindakan anarkis yang menyulut benci atas nama pembersihan aqidah.

Alienasi yang terligitimasi

(Makassar Akhir Ramadhan)

Kamis, 01 Agustus 2013

MAAF....

Kita semua memiliki fitrah kemanusiaan,
sama-sama memiliki akal,hati, dan nafsu.

Akal dan hati akan menarik kita kepada cinta, keikhlasan, rasa syukur, dan tentu saja pada akhirnya menuju kebenaran yang hakiki, yang dengan-Nya segala yang kita miliki tak akan pernah sia-sia. Nafsu akan menarik kita kepada amarah, dengki, iri hati, dendam, dan juga pada akhirnya akan menjerumuskan kita kepada kebathilan, jiwa yang gelap.

Tarik-menarik fitrah kemanusiaan itu adalah keniscayaan, karena hanya dengan demikian maka kita seutuhnya bisa dikatakan manusia. Kita tak mungkin menolak tarikan akal dan hati, karena tarikan itu akan menjaga diri kita, keluarga kita dan masyarakat kita dari kedamaian dan kebahagiaan. Seseoarang yang membunuh akal dan hati pada dirinya akan hidup tanpa cahaya, badannya hanya bernafas tapi jiwanya akan kering.

Di sisi lain kita tak mungkin menolak nafsu, karena juga merupakan bagian dari manusia. Kita bukanlah malaikat, kita butuh emosi dan keinginan untuk melanjutkan hidup, kita dibekali potensi untuk memilih berbagai pilihan, melakukan apa saja di dunia ini.

Lalu, sepanjang waktu berlalu

kita kerap menengadah ke atas, dan sering lupa menunduk ke bawah. Kita memiliki kesempurnaan sebagai manusia yang mungkin belum sempat kita syukuri satu-persatu; nafas, tubuh yang sehat, keluarga, dan seterusnya. Apakah udara yang kita hirup setiap menit mampu kita hitung sebagai sesuatu yang belum cukup?

Hidup yang Indah ini sering membuat kita lupa.

Ada seorang anak yang setiap saat melukai hati bening ibunya, ayahnya, saudaranya dan keluarganya. Mungkin ada di antara kita yang masih memelihara dengki, iri, dan dendam di dalam jiwa, lalu melupakan bahwa kita adalah mahluk sosial, mahluk yang perlu saling memahami, saling memaafkan.

Tuhan telah bersedia mengampuni umat manusia sebelum manusia berbuat kesalahan.

Dia yang Maha Pengampun dan pemaaf telah menciptakan 10 hari kesempatan di akhir bulan suci Ramadhan.
Dia dengan segenap kebenaran-Nya telah memberikan tanda kasih sayangnya kepada umat manusia. pernahkah kita merunut waktu-waktu kita yang lampau, mengingat dan berharap bahwa semoga di masa yang lalu kita tidak pernah membuat sesama tidak nyenyak tidurnya hanya karena kita berselisih paham, saling iri, dengki, atau sekedar Lupa meretas senyum dengan mereka.

Kita telah di beri tanda, ruang dan waktu untuk saling merangkul, memaafkan, dan sama-sama membuat kesadaran baru akan sebuah makna dibalik perbedaan. Kalau saja di masa lalu kita telah membuat hati yang lain terluka, maka keadilan Tuhan telah menyediakan tanda, ruang dan waktu untuk meminta maaf. Kalau saja di masa lalu hati kita pernah terluka oleh seorang sahabat, maka Keadilan Tuhan telah menyediakan tanda, ruang dan waktu untuk memberi maaf.

Itulah sisi-sisi keadilan-Nya yang berserakan hikmah yang tak pernah putus. Bahwasanya kita tak pernah berhenti diuji walau dalam keadaan senang dan menderita. Cinta-Nya telah membuat hidup kita begitu dinamis, kita membutuhkan kontradiksi dan perbedaan untuk memberi kesempatan kita untuk memilih hal itu atau hal ini. Memaafkan atau memberi maaf. 

Kita di ajak oleh akal dan hati kita yang lembut untuk senantiasa segera meminta maaf. Kebahagiaan yang begitu senyap, dalam dan tenang hanya di dapatkan oleh orang-orang Ikhlas saling memaafkan di kala Hari raya lebaran telah tiba. Ikhlas adalah sebuah kata kunci dari makna saling memaafkan. Jika saja cinta seorang anak kepada ibu dan bapaknya telah di tutup oleh tabir apapun tebalnya, maka tetaplah kekuatan Ikhlas akan meruntuhkanya.

Oleh karena itu

dikala kumandang takbir,tahlil dan tahmid telah bergema, ketika seluruh dunia telah melepaskan seruan kebaikan untuk lahir sebagai manusia yang lebih baik. Maka langkah pertama yang biasanya dilakukan adalah peristiwa memaafkan
Memohon ampun atas segala kesalahan kepada Allah S.W.T.
Meminta maaf kepada kedua orang tua sebagai manisfestasi pertama kecintaan Tuhan kepada umat manusia
Meminta maaf kepada istri/suami
Meminta maaf kepada kerabat dan keluarga
Meminta maaf kepada para sahabat, teman, rekan kerja, dan kepada seluruh manusia.

Dengan demikian, memaafkan masa lalu adalah sebuah batu loncatan untuk membuat resolusi hidup yang berkualitas, yang tentunya kehidupan selanjutnya yang bersandarkan kepada potensi atau fitrah kemanusiaan kita sendiri.segala yang nampak di dunia sebagai sesuatu yang relatif dengan demikian akan mengantarkan kita menuju kepada segala yang tak nampak dan mutlak. Dari dunia menuju akhirat- dengan perjalanan sebagaimana tuntunan nabi dan rasul, kehidupan menuju kesempurnaan akhlak.

Wallahu alam

Senin, 08 Juli 2013

Bahtera Puasa



Ranting kecil ditengah lautan,gelap gulita malam,cuaca sungguh mengganas dengan badai angin dan hujan lebatnya.Kondisi itu telah bertahun-tahun lamanya. Tidak menemukan pinggiran daratan bahkan bayangan gunung sekalipun. Siang tetap memanas dan malam tetap mendingin.

Ranting memiliki harapan jika sekiranya dari dulu tidak menjadi ranting,tapi ini bukan pilihan. Rantinng kembali berandai ooh langkah baiknya jadi batu saja, minimal bisa jadi pelengkap hiasan di taman-taman bunga atau jadi rumput yang menunggu waktu saja untuk jadi daging-daging pada seekor sapi, kambing, kuda atau tak apalah pada cicak yang jatuh dari atap rumah dan secara tak sengaja harus menelan aku(rumput) karena kebetulan mulutnya tiba lebih awal dan kebetulan lagi secarik rumput harus rela dia telan...bagi ranting impian itu masih mungkin dalam kondisi seperti sekarang ini.
Tentu ranting tak memiliki impian setinggi itu. Ranting tak memiliki kesadaran yang cukup bahkan menyadari keberadaannya seklipun. Ranting tak memiliki jiwa sebagaimana binatang dan manusia. Binatang hanya memilki kesadaran "bertahan". Bertahan dari musuh dan memperjuangkan diri demi sebuah makan siang atau malam harinya. Lain halnya manusia yang memiliki cita-cita ideal bahkan punya kehendak untuk menentukan pilihan cita-citanya. Manusia rela menahan lapar karena sebuah kondisi.

Sebagaimana maklum, puasa tinggal menghitung satu jari,maksud saya jari cicak bukan jari manusia yang berjumlah lima batang. Bagi orang islam tentulah puasa bukan hanya sebatas menahan lapar dan haus...(anak kecil juga tau). Puasa sebagai sebuah momentum yang tepat bagi Tuhan untuk mentoleransi segala bentuk penyimpangan AD/ART keduniawian-keakhiratan yang dilakukan oleh anggota organisasi yakni manusia. Tentu Tuhan punya wewenang sebagai inisiator berdirinya organisasi. Sebenarnya peringatan-peringatan telah sampai kepada kita secara tertulis pada Al-Qur'an dan secara lisan pada utusanNya Baginda Rasulullah Muhammad SAW namun karena beberapa alasan(egoisme) itu semua kurang terindahkan.
penulis ingin menutupnya dengan sebuah kalimat tersusun:

Tuhan...jika aku ranting dilautan
tunjukanlah tepian pantai!!!
Tuhan jika aku binatang
apa yang mesti kulakukan?
Jika aku manusia
kuatkanlah diriku!
saat ini aku derita dalam candaku...
saat ini pengakuan hanya "aku"
pada bahtera puasa...
angkutlah diri ini bahkan jika ranting sekalipun.
Tuhan...sebagaimana Tulisan ini
aku kacau.....
aku pasrah....
aku berharap....

buat seluruh rekan2 "maafkan aku" dan met menjalankan Ibadah puasa.....

Jumat, 28 Juni 2013

Fenomena Politik dalam Pilkada di Indonesia...




by 
"Israwati Sarbia"


Konsep otonomi daerah yang dianut oleh Indonesia telah memberikan kemungkinan bagi setiap daerah untuk melaksanakan pemilihan kepala daerah dan menentukan pemerintahannya masing-masing. Pemilihan umum (pemilu) merupakan salah satu mekanisme demokratis untuk melakukan pergantian pemimpin. Pemilu dalam skala besar dilakukan untuk memilih wakil-wakil rakyat yang akan duduk di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada), untuk memilih Gubernur/Walikota/Bupati beserta Wakilnya. Penerapan pemilu dalam skala kecil seperti pemilihan Ketua RW/RT, Ketua Kelas, Ketua Jurusan, Ketua Himpunan dan lain-lain. Pemilu harus dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, dan rahasia, serta dilandasi dengan semangat jujur dan adil. Oleh karena itu pelaksanaan Pemilu perlu dikelola dengan baik dan benar 

Namun dalam proses penyelenggaran pemilu dan pilkada, banyak konflik muncul tak hanya di level elit politik yang bertarung memperebutkan kursi, melainkan juga terjadi dilevel horizontal yakni antara sesama warga masyarakat. Sesungguhnya, substansi Pilkada jika kita lihat dari perspektif komunikasi politik dapat menjadi saluran institusional konflik politik. Dengan mekanisme yang disepakati, konflik politik bisa terwadahi dengan baik. Namun dalam praktiknya, berbagai kesepakatan dalam mekanisme Pilkada kerap kali dilanggar sehingga konflik aktual di ruang publik yang tidak sistemis. Tensi politik di wilayah yang menyelenggarakan Pilkada biasanya memanas seiring dengan munculnya rivalitas antara berbagai kekuatan politik yang bertarung dalam Pemilu. Dalam konteks inilah, politik kerap kali didefinisikan sebagi “ who gets what and when ”. Sebuah upaya untuk mencapai kekuasaan, yang sejatinya memang menarik minat banyak orang. Menurut Deliar Noer, Politik merupakan aktivitas atau sikap yang berhubungan dengan kekuasaan yang bermaksud untuk mempengaruhi dengan jalan mengubah ataumempertahankan suatu bentuk susunan masyarakat. Kegiatan politik dalam konteks ini menyebabkan munculnya partisipasi politik.

Samuel P. Hunington dan Joan M. Nelson menggarisbawahi bahwa partisipasi adalah kegiatan warga negara yang bertindak sebagai pribadi-pribadi, yang dimaksud untuk mempengaruhi pembuatan keputusan oleh pemerintah. Partisipasi bisa bersifat individual atau kolektif, terorganisir atau spontan, mantap atau sporadik, secara damai atau dengan kekerasan, legal atau illegal, efektif atau tidak Efektif. "By political participation we mean activity by private citizens designed to influence government decision making. Participation my be individual or collective, organized or spontaneous, sustained or sporadic, peaceful orviolent, legal or illegal, effective or ineffective". Penyelenggaraan Pilkada tentu saja merupakan aktivitas yang berhubungan dengan kekuasaan. Seluruh partai memiliki kepentingan, begitu pun individu kandidat yang hendak bertarung. Mereka akan mengoptimalkan seluruh kekuatan termasuk kekuatan dari para pendukungnya masing-masing. Jika ada kesiapan untuk menang dalam sebuah rivalitas, seyogyanya juga harus ada kesiapan untuk kalah. Namun demikian, banyak kandidat yang ternyata tidak siap kalah sehingga dengan sadar memicu konflik besar di daerah. Partsipasi politik warga masyarakat kerapkali juga tidak dalam domain kesadaran pemilih rasional (rasional voter) melainkan keasadaran palsu yang dimanipulir oleh ikatan-ikatan tradisional, sentimen etnis, budaya patriarki, ideologisasi agama dan lain-lain.

Bangsa Indonesia sudah bersepakat untuk berdemokrasi melalui pemilihan langsung baik di tingkat pusat maupun daerah. Momentum ini dapat mengukur penampilan politik (political performance) di pemerintahan pusat maupun daerah dalam suatu sistem demokrasi. indikator-indikator penampilan politik jika merujuk pada pendapatnya Bingham ada lima, yakni : Pertama, legitimasi pemerintah didasarkan pada klaim bahwa pemerintah tersebut mewakili keinginan rakyatnya. Kedua, pengaturan pengorganisasian perundingan (bergaining) untuk memperoleh legitimasi yang dilaksanakan melalui Pemilu yang kompetitif. Ketiga, sebagian orang dewasa dapat ikut serta dalam proses Pemilu, baik sebagai pemilih maupun sebagai calon untuk menduduki jabatan penting. Keempat, penduduk dapat memilih secara rahasia tanpa ada paksaan. Kelima, Masyarakat dan pemimpinnya bisa menikmati hak-hak dasar warga negara, seperti kebebasan berbicara, kebebasan berkumpuldan berorganisasi serta kebebasan pers (Bingham Powel Jr, 1982). 

Kenyataan di bebarapa Pilkada yang sudah terselenggara banyak yang tidak melahirkan legitimasi. Hasil yang ditetapkan tidak memiliki wibawa sebagai hasil yang syah, sehingga muncul gelombang penentangan dari berbagai pihak, terutama dari pendukung calon yang kalah. Di banyak tempat, Pilkada juga tidak memiliki sistem pengorganisaian perundingan. Buktinya seperti di kasus Pilkada Maluku Utara dan Sulawesi Selatan, saluran perundingan tidak tertata secara baik. Berbagai pihak otoritatif seperti KPU, DPRD juga Menteri Dalam Negeri tidak memiliki wibawa untuk membawa konflik pasca Pilkada secara lebih elegan. Faktor lain, masih banyaknya orang yang tidak dapat berpartisipasi dalam Pilkada. Hal ini indikatornya adalah tingginya golput, bahkan di beberapa provinsi dan kota utama di Indonesia golput “memenangkan” Pilkada. Jika golput memenangi Pilkada artinya begitu kuatnya ketidakpercayaan dari warga masyarakat kepada sistem penyelenggaran Pilkada akan melahirkan perbaikan nasib mereka ke depan. Faktor selanjutnya adalah masih adanya ketidakrahasiaan dalam pemilihan dan tersumbatnya hak-hak dasar warga negara. Kasus dibeberapa Pilkada, warga memilih karena berada dalam tekanan baik dari organisasi massa, organisasi keagamaan, preman politik dan lain-lain. Berbagai tekanan yang dirasakan menyebabkan warga kehilangan kritisisme, kehilangan hak memilih sesuai nurani dan lain-lain. Jika semua itu terjadi, maka political performance di sebuah daerah dengan sendirinya akan buruk dan berpotensi melahirkan konflik pasca pilkada.

Rentetan kasus dalam penyelenggaraan Pilkada yang berujung konflik bisa jadi memperlemah political performance terutama, jika konflik tak bisa dikelola secara baik oleh pihak-pihak yang terkait langsung dengan penyelenggaraan Pilkada. 

Antusiasme masyarakat menyukseskan Pilkada, bisa dipahami terutama dalam konteks sosio-politis dan psiko-politis masyarakat. Secara sosio-politis, Pilkada merupakan momen historis bagi Bangsa Indonesia, di mana para kepala daerah dipilih secara langsung. Ini merupakan „hajatan‟ baru yang akan menentukan nasib penanganan daerah-daerah dimasa mendatang. Model birokrasi daerah yang selama ini elitis dan menutup akses dari partisipasi rakyat, mau tidak mau harus tunduk pada kedaulatan rakyat. Peran besar yang diberikan kepada rakyat untuk menentukan kepala daerah mereka masing-masing inilah yang menciptak an atmosfir kesemarakan. Sementara secara psiko-politis, ada semacam rising expectation dari masyarakat pada penyelenggaraan Pilkada sebagai efek domino dari proses demokratisasi di tingkat nasional.

Bangsa Indonesia telah melewati Pemilu legislatif dan Pemilihan Presiden secara langsung.Pengalaman ini, menumbuhkan harapan munculnya kepala-kepala daerah yang bisa sejalan dengan keinginan mereka.

Selamat menikmati proses panjang dari pesta demokrasi di daerah masing2....

Senin, 17 Juni 2013

Tolak Kenaikan BBM....

By
"Israwati Sarbia"

"Setting aksi kalianlah mahasiswa yang paling tahu, juga gagasan dan ide yang kalian bawa, tapi ingat strategi chaos itu butuh ritme, butuh irama yang jiwanya lahir dari dukungan nurani rakyat, militansi tanpa strategi hanya akan menghasilkan mutasi isu, dan pada akhirnya kebenaran dan keadilan yang kalian bawa akan menguap dan energy rakyat dan mahasiswa yang seharusnya menyatu menjadi kontradiksi…"

Demonstrasi ada pada titik-titik vital yang biasanya dilalui oleh pemangku keputusan, jalan-jalan tikus jarang dilewati pejabat. Ketertiban hanya bagian dari doktrin kekuasaan pada capital yang diaminkan masyarakat kelas menengah-atas. Masyarakat bawah umumnya tidak peduli dengan ketertiban, mereka penat dengan urusan mencari sesuap nasi. Dalam pandangan ekonomi politik, jalan raya punya arti strategis saat aksi-aksi radikal pecah begitu juga dengan konteks waktu.Untuk member shockteraphy pada kesadaran seluruh elemen, maka stratak untuk tidak tertib harus dilakukan. Demostrasi itu seperti koboy yang bikin onar, biasanya koboy baru bisa kita mengerti setelah jauh dari keonaran.

Aksi-refleksi membuat demo jadi keniscayaan. Bila demonstrasi menjadi alas an kemarahan pada kemacetan, cukup adilkah itu? Coba liat struktur tata ruang kota, bukankah wajar kalau macet? Atau tidak kah kita marah pada sebab mereka demo? Jangan melihat asapnya tapi tidak pada sumbu apinya. Lagipula di kota ini kita sudah lama kacau, sampah, jalan, bangunan, alur perekonomian, dll. Mahasiswa sadar pada kekacauan ini, stimulus dimensi fractal pada masyarakat yang percaya pada pseudo ketertiban dan kenyamanan.

Sekian dan hidup Mahasiswa……
(sekelumit pro dan kontra masyarakat di kota Makassar terhadap aksi demonstrasi mahasiswa)

Senin, 20 Mei 2013

HMI 1963-1966: Menegakkan Pancasila di Tengah Prahara




Judul               : HMI 1963-1966: Menegakkan Pancasila di Tengah Prahara
Penulis            : M. Alfan Alfian
Penerbit          : Kompas
Tanggal terbit  : Mei - 2013

Sebagaimana diketahui, Periode 1963-1966, merupakan periode yang sangat kritis bagi Indonesia maupun HMI dengan musuh bersama yaitu pihak komunis yang tergabung dalam Partai Komunis Indonesia (PKI) dan organisasi yang berafiliasi dengannya seperti CGMI dan BTI (Barisan Tani Indonesia). Waktu itu PKI ingin mengganti Pancasila dengan ideologi komunis yang dipaksakan dengan berbagai cara.

PKI berhasil pula mempengaruhi Pemimpin Besar Revolusi, Bung Karno, sehingga menciptakan konsep ‘Nasakom’ (Nasionalis-Agama-Komunis). Menurut Sayidiman, bahkan Pancasila dari lima sila diperas sampai menjadi hanya satu sila yaitu gotong-royong, hal itu akibat pengaruh PKI. Eka Sila ‘Gotong royong’ di sinilah yang menjadi kemenangan komunis atas kelompok nasionalis dan Islam, yang masing-masing diwakili PNI dengan sejumlah partai lainnya serta Masyumi (dibubarkan 1960) dan NU.

HMI turut memainkan peran penting dalam perlawanan terhadap PKI. Bekerjasama dengan TNI Angkatan Darat dan elemen lainnya, setelah pemberontakan G30S/PKI, menggalang kekuatan secara nasional mengganyang PKI. Pemerintah yang baru (Orde Baru) akhirnya resmi membubarkan dan melarang PKI di Indonesia.

Minggu, 21 April 2013

Mengapa harus Kartini...???

BY
"Israwati Sarbia"

Mengapa setiap tanggal 21 April, bangsa Indonesia memperingati Hari Kartini? Apakah tidak ada wanita Indonesia lain yang lebih layak ditokohkan dan diteladani dibandingkan Kartini? 


Pada dekade 1980-an, Guru besar Universitas Indonesia, Prof. DR. Harsya W Bachtiar penah menggugat masalah ini. ia mengkritik pengkultusan R.A Kartini sebagai Pahlawan Nasional Indonesia. Tahun 1988 hal ini kembali menghangat menjelang peringatan hari Kartini 21 April 1988. Ketika itu akan diterbitkan buku Surat-Surat Kartini oleh F.G.P Jacquet melalui penerbitan Koninklijk Institut voor Tall-Landen Volkenkundel (KITLV).

Tulisan ini bukan untuk menggugat pribadi Kartini. Banyak nilai positif yang bisa kita ambil dari kehidupan seorang Kartini. Tapi pada konteks ini kita bicara tentang Indonesia, sebuah negara yang majemuk. Maka, sangatlah penting untuk mengajak kita berfikir tentang sejarah Indonesia. Sejarah sangatlah penting, jangan sekali-kali melupakan sejarah, kata Bung Karno Al-Quran banyak mengungkapkan betapa pentingnya sejarah, demi menatap dan menata masa depan.

Banyak pertanyaan yang bisa diajukan untuk sejarah Indonesia. Mengapa harus Boedi Oetomo, mengapa bukan Sarekat Islam? bukankah Sarekat Islam adalah organisasi nasional pertama? Mengapa harus Ki Hajar Dewantoro, mengapa bukan KH.Ahmad Dahlan, untuk menyebut tokoh pendidikan? Mengapa harus dilestarikan ungkapan ing ngarso sung tulodo ing madyo mangun karso, tut wuri handayani sebagai jargon pendidikan nasional Indonesia? bukankah katanya, kita berbahasa satu Bahasa Indonesia? Coba tanyakan kepada semua guru dari Sabang sampai Merauke, berapa orang yang paham makna slogan pendidikan Nasional itu? Mengapa tidak diganti, misalnya dengan ungkapan Iman, ilmu, dan amal, sehingga semua orang Indonesia paham maknanya.

Kini kita juga bisa bertanya, mengapa harus Kartini? Ada baiknya kita lihat sekilas asal muasalnya kepopuleran Kartini tidak terlepas dari buku yang memuat surat-surat Kartini kepada sahabat-sahabat Eropanya. Door Duisternis tot Licht, yang oleh Armin Pane diterjemahkan menjadi Habis Gelap terbitlah Terang. Buku ini diterbitkan semasa era politik etis oleh Menteri Pengajaran, Ibadah, dan Kerajinan Hindia Belanda Mr. JH. Abendanon tahun 1911. Buku ini dianggap sebagai grand idea yang layak menempatkan Kartini sebagai orang yang sangat berpikiran maju pada zamannya. Kata mereka, saat itu tidak ada wanita yang berpikiran sekritis dan semaju itu.

Beberapa sejarawan sudah mengajukan bukti bahwa klaim semacam itu tidak tepat. Ada banyak wanita yang hidup sezamannya juga berpikiran sangat maju. Sebut saja Dewi Sartika di Bandung dan Rohana Kudus di Padang (terakhir pindah ke Medan). Dua wanita ini pikirannya memang tidak sengaja dipublikasikan tapi yang mereka lakukan lebih dari yang dilakukan Kartini. Dewi Sartika (1884-1947) bukan hanya berwacana tentang pendidikan kaum wanita, ia bahkan berhasil mendirikan sekolah yang belakangan dinamakan Sakola Kautaman Istri (1910) yang berada di berbagai tempat di Bandung dan luar Bandung. Rohana Kudus (1884-1972) melakukan hal yang sama di kampung halamannya, selain mendirikan Sekolah Kerajinan Amai Setia (1911) dan Rohana School (1916), Rohana Kudus bahkan menjadi jurnalis sejak di Kota Gadang sampai saat ia mengungsi ke Medan ia tercatat sebagai jurnalis wanita pertama di negeri ini.

Perbedaannya cukup jelas, kalau Kartini hanya menyampaikan ide nya lewat surat-surat, Sartika dan Rohana sudah lebih jauh melangkah mewujudkan ide-ide dalam tindakan nyata. Jika Kartini dikenalkan oleh Abendanon yang berinisiatif menerbitkan surat-suratnya, Rohana bahkan menyebarkan idenya secara langsung melalui koran-koran yang ia terbitkan sendiri sejak dari Sunting Melayu (kota Gadang, 1912), Wanita Bergerak (Padang), Radio (Padang), hingga Cahaya Sumatera (Medan).

Kalau saja ada yang sempat menerbitkan pikiran-pikiran Rohana dalam berbagai surat kabar itu, apa yang dipikirkan Rohana jauh lebih hebat dari yang dipikirkan Kartini, bahkan kalau melirik kisah-kisah Cut Nyak Dien, Tengku Fakinah, Cut Meutia, Pecut Baren,dll dari Aceh, klaim-klaim keterbelakangan kaum wanita di negeri pada masa Kartini hidup ini harus segera digugurkan. Mereka adalah wanita-wanita hebat yang turut berjuang mempertahankan kemerdekaan Aceh dari serangan Belanda. Tengku Fakinah, selain ikut berperang juga adalah seorang ulama wanita. Jadi ada baiknya bangsa Indonesia bis aberpikir lebih jernih. Mengapa Kartini? Mengapa bukan Rohana Kudus?, Mengapa bukan Cut Nyak Dien? Mengapa Abendanon memilih Kartini? dan mengapa bangsa Indonesia juga mengikuti kebijakan itu? 

Bayangkan jika sejak dulu anak-anak kita bernyanyi Ibu kita Cut Nyak Dien, Putri sejati, Putri Indonesia..., mungkin tidak pernah muncul masalah Gerakan Aceh Merdeka. Tapi, kita bukan meratapi sejarah, ini takdir. hanya kita diwajibkan berjuang untuk menyongsong takdir yang lebih baik di masa depan. dan itu bisa dimulai dengan bertanya secara serius : Mengapa Harus Kartini?




Senin, 01 April 2013

Wellcome Boeken Huis...




Membaca merupakan aktivitas untuk melahirkan kemanusiaan. berangkat dari hoby membaca yg sama, saya dan enam rekan yg lain lalu mendirikan sebuah café baca bernama Boeken Huis. Para pendirinya, ulil, Seto, Yudha, Emma, Meldy, dan Ai’, mendirikan Boeken Huis sebagai upaya menggalakkan budaya baca dengan menghindari kesan ‘membaca’ merupakan kegiatan yang berat.

Café baca ini terletak di Jl. Serigala No. 86 Makassar ini dibuka resmi dan secara sederhana pada tanggal 30 April 2013 pukul 19.00 Wita. Acara ini dibuka oleh penampilan dari La Burane band, kelompok musik yang menampilkan tiga lagu, termasuk “Fly Over” yang merupakan lagu mereka sendiri. Acara berlanjut dengan bedah buku "Sosiologi Waktu Senggang". Pembedahnya adalah Irwan AR dan Ridwan Mappa. Buku ini tentang studi sosial dengan pendekatan struktural para masyarakat Indonesia yang hedonis dan “ngepop” dalam menghabiskan waktu mereka di mall. Diskusi ini mengundang perhatian para tamu. Setelah bedah buku, tampil pula Bonzai Band yang membawakan tiga lagu mereka, dilanjutkan dengan pembacaan puisi oleh kanda Muhary WN.

“Café baca ini diharapkan dapat terus eksis dan dapat meningkatkan minat baca masyarakat khususnya anak muda, Event rutin juga akan kami adakan dengan mengundang teman-teman komunitas dari Makassar,” 

Untuk teman-teman yang ingin meluangkan waktu membaca, berdiskusi atau menikmati segelas kopi nikmat, sambil membaca dan berdiskusi dapat mampir ke Boeken Huis dari pukul 10.00 – 23.00 Wita. Boeken Huis juga menfasilitasi dan membuka ruang seluas-luasnya untuk komunitas yang ingin mengadakan kegiatan.


 

Jumat, 08 Maret 2013

Sebuah Refleksi..

berawal dari titik
berjalan pada bulir kehidupan
berakhir pada titik...
sederhana
simple dan tidak meng-ada-ada...

di sini kumulai catatan kecil
hidup yang teramat singkat
upaya sungguh titik dari titik ke titik...

Selasa, 05 Februari 2013

PLURALISME




Fenomena keragaman agama dan keragaman aliran kegamaan telah menyita pikiran para ilmuwan keagamaan untuk merumuskan sebuah konsepsi filosofis- teologis demi terciptanya harmonisasi dan ketenteraman sosial. Saat yang sama gelombang globalisasi yang terasa tak mampu terbendung lagi telah membuka ruang interaksi yang massif diantara berbagai unsur kebudayaan. Sehingga menutup diri terhadap pluralitas masyarakat hanya akan membuat kita berkembang satu dimensi.

Pada ranah inilah pluralisme menjadi diskursus yang penting untuk kita diskusikan sama-sama. Sekelumit pertanyaan menggelantung pada diskursus ini. Adakah kemutlakan kebenaran? Diantara sekian banyak agama dan sekte keagamaan,manakah yang benar, ataukah seluruhnya benar? Apa gerangan yang menjadi tujuan Tuhan sehingga agama dan sekte yang beberbeda tetap eksis pada saat bersamaan? Apa itu beragama? Bahkan apa itu Islam?

Seringkali pluralisme dimaknai sangat negatif. Hal ini disebabkan karena Pertama, Pluralisme sebagai kosa kata yang dianggap membawa hegemoni kebudayaan tertentu yakni kebudayaan barat. Pluralisme mendapat kecaman ( sebagaimana istilah sekularisasi mendapat kecaman bertubi- tubi dari beberapa ulama Indonesia ketika pertama kali disuarakan oleh Nurkholis Majid) karena di anggap sebagai Internalisasi nilai- nilai kebudayaan barat pada Islam. Kedua, pluralisme memiliki makna “rabaan” sebagai bentuk asimilasi atau pembenaran dan persamaan dari setiap kelompok agama. Persamaan ragam keagamaan akan mengakibatkan relatifitas kebenaran setiap agama yang diasumsikan oleh setiap pemeluk agama memiliki kemutlakan.

Pluralisme memiliki banyak wajah, menurut Musa Kazhim yang mencuat antara lain:Pertama, pluralisme moral, berbentuk ajakan untuk menyebarkan toleransi antar penganut agama. Kedua, pluralisme religius soteriologi (soteriological relious pluralisme). Keyakinan bahwa ajaran non kristen misalnya juga bisa mendapatkan keselamatan kristiani. Mula- mula ini diperkenalkan oleh John Hick. Sebuah klaim keselamatan bahwa pemeluk agama lain juga mendapatkan keselamatan. Ketiga, pluralisme religius epistemologis. Bahwa agama dunia memiliki kedudukan yang sama dalam pentas sejarah untuk menemukan justifikasinya. Sebagaimana keagamaan kita pada umumnya terbangun dari kesimpulan- kesimpulan yang di bangun oleh sejarah. Keyakinan keberagamaan seseorang mewakili periode sejarah dan aliran pemikiran tertentu. Keislaman di Indonesia misalnya sangat organisasional. Keempat, pluralisme religius aletis yang menganggap, walaupun ada fakta bahwa setiap agama memberikan jalan- jalan yang berbeda namun itu semua benar jika ditinjau dari pandangan dunianya masing- masing. Dan yang Kelima, pluralisme religius deontis berkaitan dengan kehendak dan perintah Tuhan. Sejarah keagamaan dilihat sebagai kehendak Tuhan untuk menyempurnakan wahyu-Nya. Jika islam dianggap sebagai agama terakhir monoteisme maka kebenaran seluruh ajaran Tuhan berada pada pilihan Islam.

Dikalangan cendekiawan Islam sendiri (sebagaimana agama-agama lainnya) berkembang pro-kontra tentang pluralisme terkhusus klaim keselamatan pada keragaman agama. Ada beberapa ayat yang diasumsikan menjadi landasan kuat pluralisme dan memungkinkan ruang keselamatan bagi agama diluar Islam. Dalam QS.2:62 yang diulang dengan redaksi yang berbeda pada QS.5:69 dan QS.22:17. QS.2:6 kerap kali “dipertengtangkan” dengan QS.3: 85 yang telah memansukhnya.

Paradoksal pemaknaan Al-Qur’an tentu bukan karena Al-Qur’an itu sendiri bertentangan tetapi upaya memahamilah yang harus holistik. Perdebatan lebih jauh tentang ayat QS. 3:85 oleh kaum pluralis haruslah dikembalikan pada pemaknaan “Islam”. Islam dalam QS. 3:85 adalah universal bukan Islam dalam pemaknaan hanya agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw sebab Islam juga telah dilekatkan pada agama-agama terdahulu semisal pada QS.2: 131-132.

Terlepas dari pro-konta diatas (selayaknya kembalikan pada ahlinya) yang pastinya agama bukan untuk Tuhan tetapi untuk Manusia. Pembelaan terhadap agama adalah pembelaan Nilai- nilai bukan simbol- simbol dan kanalisisasi keanggotaan.`Keselamatan bukan dari angan- angan tetapi tindakan nyata (amal saleh) (QS. 4:123).Pluralitas telah menjadi hukum Tuhan sedangkan dunia adalah medan kreatifitas moral manusia untuk berbuat kebajikan sebanyak mungkin dan perbedaan adalah tugas Tuhan untuk menyelesaikannya bukan oleh manusia dengan cara apapun (QS.5: 48). Jika kita bertanya kepada agama- agama yang berbeda maka ada kesamaan antara Islam dengan agama-agama lainnya sebagaimana QS.29:46, QS.29:61 dan QS.43:87.

Kekafiran terasa kurang tepat jika dengan serta merta dilekatkan kepada semua orang diluar Islam dan kafir tidak serta merta memiliki konsekuensi tidak selamat, untuk menyelaesaikan ini kita harus mempertimbangkan 3 hal:
pertama, secara persis kepada siapa ancaman “kafir” itu dianjurkan;
kedua, dalam situasi seperti apa ayat “kafir” dturunkan dan
ketiga, apakah itu mesti dijalankan?. Sebagaimana menurut Dr. muhammad Legenhausen setelah pengkajian terhadap teks Al-Qur’an semisal di QS.10:4 dan QS. 4: 115. 

Ancaman siksa tidaklah secara khusus diturunkan kepada kaum kafir tetapi kepada manusia secara umum. Makna harfiah dari kekafiran (kufr) adalah menutupi. Orang kafir adalah ia yang mencari perisai atau menutupi dirinya sendiri dari kebenaran. Kekafiran bukanlah kondisi pasif yang berlaku kepada semua orang yang tidak memperoleh keyakinan yang benar tentang islam. Justru sebaliknya, kekafiran adalah oposisi bathin yang aktif yang mengahalangi seseorang dari menerima bimbingan Ilahi. Demikian ungkap Dr. Muhammad Legenhausen.

Jika ditarik pada makna yang lebih luas maka definisi dan penjelasan diatas bisa juga berarti bahwa keselamatan itu akan kita raih jika telah melepaskan subektifitas atau fanatisme-fanatisme ketika berdialog dengan saudara yang berbeda dan dalam mencari kebenaran.

Sebagai penutup, jika ada titik persamaan buat apa membesarkan perbedaan yang hanya akan mengakibatkan intoleransi dan disharmonisasi.

Minggu, 27 Januari 2013

Ocehan sesaat..

Indonesia membentang luas dari sabang sampai merauke.Mitosnya demikian. Mungkin kelak aku sendiri sudah terlalu lelah untuk ikut mendendangkan ini kepada anak cucuku. Bagi kita semua yang sedikit menaruh harapan perbaikan telah dipenghujung pengharapan, jika saja bukan karena sedikit keyakinan yang tersisa bahwa berputus asa pada semua hal itu keburukan maka sebagian besar penduduk Indonesia yang masih berpikir telah mati perlahan dirundung duka karena keputus asaan. Melalui media, dibeberapa tempat, seorang anak kecil yang rela menggantung dirinya karena tidak mampu membayar tunggakan sekolahnya, seorang ibu yang rela menyewakan anak bayinya untuk dijadikan senjata memelas ketika mengemis di trotoar jalan, sebagian ibu rela menjual anaknya bahkan membunuhnya karena dililit kemiskinan. Hal ini bukan hanya keputus asaan individual dan serta merta dikatakan masalah personalnya saja yang kurang sabar dan tabah karena kejadiannya sudah sangat jamak dan mewabah di seantero negeri, ini kekalutan sosial karena ketimpangan sistemik. Tanpa pikir panjang kita menyalahkan negara. Namun masalahnya bukan hanya berhenti disini sebab menyalahkan saja belumlah cukup. Lantas apa yang semestinya kita lakukan?. Jawabannya tentu bukan sekedar buaian retorika para politikus dan belum usai di simposium seminar yang megah oleh para ahli, apalagi mengharap jawaban ditulisan pendek ini.

Sabtu, 26 Januari 2013

10 nasehat Rasulullah SAW kepada putrinya Fatimah...

"Sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita sholehah. Dan perkara yang pertama kali di tanyakan kepada seorang wanita pada hari kiamat nanti, adalah mengenai sholat 5 waktu dan ketaatanya terhadap suami" (HR.Ibnu Hibban dari Abu Hurairah)

Ada 10 wasiat Rasulullah SAW kepada putrinya Fatimah binti Rasulullah. 10 wasiat yang beliau sampaikan merupakan mutiara yang termahal nilainya bila kemudian dimiliki oleh setiap istri sholehah.

Wasiat tersebut adalah:

1). Ya, Fatimah kepada wanita yang membuat tepung untuk suami dan anak-anaknya, Allah pasti akan menetapkan kebaikan baginya dari setiap biji gandum melebur kejelekan dan meningkatkan derajat wanita itu.

2). Ya, Fatimah kepada wanita yang berkeringat ketika menumbuk tepung untuk suami dan anak-anaknya,niscaya Allah menjadikan dirinya dengan neraka 7 tabir pemisah.

3). Ya, Fatimah. Tiadalah seorang wanita yang meminyaki rambut anak-anaknya lalu menyisirnya dan mencuci pakaianya, melainkan Allah menetapkan pahala memberi makan seribu orang yang kelaparan dan memberi pakaian seribu orang yang telanjang.

4). Ya, Fatimah, Tiadalah wanita yang menahan kebutuhan tetangganya, melainkan Allah akan menahanya dari minum telaga kautsar pada hari kiamat nanti.

5). Ya, Fatimah, yang lebih utama dari keutamaan diatas adalah keridhoan suami terhadap istri. Andaikata suamimu tidak ridho kepadamu,maka akt tidak akan mendo'akanmu. Ketahuilah, Wahai Fatimah. Kemarahan suami adalah kemurkaan Allah.

6). Ya, Fatimah. Apabila wanita mengandung, maka malaikat memohonkan ampunan baginya, dan Allah menetapkan baginya setiap hari seribu kebaikan serta melebur seribu kejelekan. Ketika wanita merasakan sakit akan melahirkan, Allah menetapkan pahala baginya sama dengan pahala para pejuang di jalan Allah. Setelah seorang wanita melahirkan kandunganya, maka bersihlah dosa-dosanya seperti ketika dia di lahirkan dari kandungan ibunya. Apabila seorang wanita meninggal dunia ketika melahirkan, maka dia tidak akan membawa dosa sedikit pun dan akan di anggap sebagai mati syahid. Di dalam kubur akan mendapat pertamanan indah yang merupakan bagian dari taman syurga. Dan Allah memberikan pahala kepadanya sama dengan pahala 1000 orang yang melaksanakan ibadah haji dan umrah, dan seribu Malaikat memohonkan ampunan baginya hingga hari kiamat.

7). Ya, Fatimah, Tiadalah wanita yang melayani suami selama sehari semalam dengan rasa senang dan ikhlas,melainkan Allah mengampuni dosa-dosanya serta memakaikan pakaian padanya di hari kiamat berupa pakaian yang serba hijau, dan menetapkan baginya setiap rambut pada tubuhnya seribu kebaikan. Dan Allah memberikan kepadanya pahala 100 kali beribadah haji dan umrah.

8). Ya Fatimah, Tiadalah wanita yang tersenyum di hadapan suami, melainkan Allah memandangnya dengan pandangan penuh kasih sayang(rahmat).

9). Ya, Fatimah, Tiadalah wanita yang membentangkan alas tidur untuk suami dengan rasa senang hati, melainkan para Malaikat yang memanggil dari langit menyeru wanita itu agar menyaksikan pahala amalnya, dan Allah mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan yang akan datang.

10). Ya, Fatimah. Tiadalah seorang wanita yang membantu meminyaki kepala suaminya dan menyisir rambutnya, meminyaki jenggot dan memotong kumisnya, serta memotong kukunya, melainkan Allah memberi minuman dari air syurga yang di kemas indah yang di datangkan dari sungai-sungai Syurga. Dan Allah mempermudah sakaratul maut baginya, bebas dari siksa neraka serta dapat melintasi shiratal-mustaqin dengan selamat.


Semoga Bermanfaat, wallahu'alam

Sabtu, 12 Januari 2013

...Tanda-tanda...

"Israwati Sarbia"
Sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.(Q.S Al-Baqarah 164).

Prosesi penciptaan alam semesta dan segenap isinya, kehadiran para nabi dan rasul Allah, interaksi antar masyarakat bahkan jatuhnya daun dari batangnya adalah tanda- tanda bagi kebesaran Allah SWT. DIA memperkenalkan diri-Nya dengan tanda- tanda. Tanda bagi Allah adalah diri-Nya sendiri juga sebagai medium material bagi makhluk material seperti manusia. Kemanapun anda hadapkan wajah anda disitu wajah Tuhan.

Tuhan pemberi harapan akan keselamatan bagi kebaikan sekaligus pemberi peringatan bagi keburukan. Kebaikan dan keburukan pun adalah tanda-tanda. Tuhan bermain dengan tanda dan bagi manusia menangkap tanda berarti mengungkap seluruh diri Tuhan. Pada gerakan sholat atau syariat secara keseluruhan adalah tanda-tanda yang menyimpanunlimited makna.

Dahulu, orang-orang tua kita sangat mafhum mengenal, memainkan atau memberi tanda. Mereka pembaca tanda-tanda yang sederhana nan bijaksana. Mereka membaca tanda-tanda masa depan pada garis tangan, bentuk kepala, kaki, fenomena alam dan banyak lagi tanda- tanda yang bagi generasi belakangan tidak sempat lagi terpahami. Kita telah memiskinkan diri dari tanda-tanda. Kita menjadi masyarakat to the point. 

Tidak sebagaimana seorang peniliti yang membaca tanda lewat kemungkinan mereka membaca tanda pada dunia yang sarat mistis. Mereka tidak memisahkan antara yang profan dan yang sacral. Permainan tanda dimulai dari bangunnya di pagi hari hingga kembalinya ke peraduan malam. Mereka berpikir holistic. Tidak cakap menangkap tanda berarti lalai dalam kehidupan. Saya kira semua peradaban memainkan tanda.

Selama beberapa abad-abad lamanya dunia akademik mengalami kegagapan rasionalitas menemukan titik temu antar berbagai cabang ilmu pengetahuan. Seluruhnya mengalami pertentangan dan mengaku paling otentik untuk mengungkap hakekat realitas. Agama dengan otoritas wahyunya melakukan pertentangan keras terhadap lajunya ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan sendiri cenderung menolak seluruh kesimpulan-kesimpulan teologis yang dianggapnya sebagai mitos dan ilmu filsafat mengebiri diri dalam spekulasi rasinal tiada ujung. 

Dekade terakhir bergulirlah ide-ide penyatuan dan pengakuan otentisitas masing-masing. Hal ini karena ditemukannya tanda-tanda penyatuan. Dalam persfektif Islam sebagaimana yang dikemukakan oleh Mulyadi Kartanegara menemukan tanda-tanda penyatuan itu adalah tanda itu sendiri. Agama mengungkap fenomena pada tanda tertulis (Al-Qur’an) dan ilmu pengetahuan pada tanda yang tidak tertulis dalam hal ini alam semesta. Keduanya adalah tanda-tanda kekuasaan Allah SWT. 

Apa yang salah dari kealpaan tanda- tanda? Penulis revolusioner Milan Kundera mengatakan bahwa ” Perjuangan manusia sesungguhnya adalah perjuangan memelihara daya ingat”. Ingatan pendek tidak akan mampu mengeluarkan seseorang pada penderitaan, ingatan yang pendek tidak akan menyelesaikan masalah, ingatan yang pendek menyebabkan kegagapan membaca dan membangun masa depan.

Realitas Indonesia adalah bukti sejati betapa kealpaan tanda-tanda karena ingatan yang pendek menjadi lingkaran syetan tak terklarifikasi awal dan akhirnya. Rentang waktu kemerdekaan hingga sekarang tak jua menjadikan kita dewasa. Bukti kedewasaan adalah tidak jatuh pada lubang yang sama. Pesta pora demokrasi lima tahunan,mulai dari pemilihan kepala desa sampai Presiden hanyalah aksi-aksi akrobatik yang mempertontonkan kelucuan yang sama dengan polesan kostum yang sedikit berbeda. Masyarakat mendapatkan suguhan dengan menu yang sama. Janji diakhiri kekecewaan dan untuk menutupi kekecewaan kembali memberi janji. Janji yang lalu telah kita lupakan dan menyongsong janji baru untuk kembali kita lupakan.

Alhasil akumulasi kegagalan pembangunan menjadi benang kusut. Fenomena alam, seperti banjir, gempa, tanah longsor, kebakaran hutan dan lainnya adalah tanda-tanda kehancuran. Penyakit social seperti kebodohan, kriminalitas, bunuh diri, krisis eksistensial dan lainnya juga adalah efek empiris yang paling dekonstruktif dari tanda-tanda. Kegilaan structural, untuk menggambarkan kegilaannya penulis memakai pengandaian saja. “ Seandainya ada sedikit kemungkinan masyarakat tanpa kepemimpinan maka Indonesia tak perlu ada kepala RT, tak penting kepala desa, keborosan mengadakan kepala daerah tingkat I dan II dan walikota dan kesia-siaan mengakui presiden”. Semua itu adalah tanda- tanda kebinasaan. Kebinasaan meperkenalkan dirinya lewat tanda- tanda. Sangat disayangkan kita memiliki penyakit yang sama telah “alpa membaca tanda-tanda”
Islam Mosque