Minggu, 27 Januari 2013

Ocehan sesaat..

Indonesia membentang luas dari sabang sampai merauke.Mitosnya demikian. Mungkin kelak aku sendiri sudah terlalu lelah untuk ikut mendendangkan ini kepada anak cucuku. Bagi kita semua yang sedikit menaruh harapan perbaikan telah dipenghujung pengharapan, jika saja bukan karena sedikit keyakinan yang tersisa bahwa berputus asa pada semua hal itu keburukan maka sebagian besar penduduk Indonesia yang masih berpikir telah mati perlahan dirundung duka karena keputus asaan. Melalui media, dibeberapa tempat, seorang anak kecil yang rela menggantung dirinya karena tidak mampu membayar tunggakan sekolahnya, seorang ibu yang rela menyewakan anak bayinya untuk dijadikan senjata memelas ketika mengemis di trotoar jalan, sebagian ibu rela menjual anaknya bahkan membunuhnya karena dililit kemiskinan. Hal ini bukan hanya keputus asaan individual dan serta merta dikatakan masalah personalnya saja yang kurang sabar dan tabah karena kejadiannya sudah sangat jamak dan mewabah di seantero negeri, ini kekalutan sosial karena ketimpangan sistemik. Tanpa pikir panjang kita menyalahkan negara. Namun masalahnya bukan hanya berhenti disini sebab menyalahkan saja belumlah cukup. Lantas apa yang semestinya kita lakukan?. Jawabannya tentu bukan sekedar buaian retorika para politikus dan belum usai di simposium seminar yang megah oleh para ahli, apalagi mengharap jawaban ditulisan pendek ini.

Sabtu, 26 Januari 2013

10 nasehat Rasulullah SAW kepada putrinya Fatimah...

"Sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita sholehah. Dan perkara yang pertama kali di tanyakan kepada seorang wanita pada hari kiamat nanti, adalah mengenai sholat 5 waktu dan ketaatanya terhadap suami" (HR.Ibnu Hibban dari Abu Hurairah)

Ada 10 wasiat Rasulullah SAW kepada putrinya Fatimah binti Rasulullah. 10 wasiat yang beliau sampaikan merupakan mutiara yang termahal nilainya bila kemudian dimiliki oleh setiap istri sholehah.

Wasiat tersebut adalah:

1). Ya, Fatimah kepada wanita yang membuat tepung untuk suami dan anak-anaknya, Allah pasti akan menetapkan kebaikan baginya dari setiap biji gandum melebur kejelekan dan meningkatkan derajat wanita itu.

2). Ya, Fatimah kepada wanita yang berkeringat ketika menumbuk tepung untuk suami dan anak-anaknya,niscaya Allah menjadikan dirinya dengan neraka 7 tabir pemisah.

3). Ya, Fatimah. Tiadalah seorang wanita yang meminyaki rambut anak-anaknya lalu menyisirnya dan mencuci pakaianya, melainkan Allah menetapkan pahala memberi makan seribu orang yang kelaparan dan memberi pakaian seribu orang yang telanjang.

4). Ya, Fatimah, Tiadalah wanita yang menahan kebutuhan tetangganya, melainkan Allah akan menahanya dari minum telaga kautsar pada hari kiamat nanti.

5). Ya, Fatimah, yang lebih utama dari keutamaan diatas adalah keridhoan suami terhadap istri. Andaikata suamimu tidak ridho kepadamu,maka akt tidak akan mendo'akanmu. Ketahuilah, Wahai Fatimah. Kemarahan suami adalah kemurkaan Allah.

6). Ya, Fatimah. Apabila wanita mengandung, maka malaikat memohonkan ampunan baginya, dan Allah menetapkan baginya setiap hari seribu kebaikan serta melebur seribu kejelekan. Ketika wanita merasakan sakit akan melahirkan, Allah menetapkan pahala baginya sama dengan pahala para pejuang di jalan Allah. Setelah seorang wanita melahirkan kandunganya, maka bersihlah dosa-dosanya seperti ketika dia di lahirkan dari kandungan ibunya. Apabila seorang wanita meninggal dunia ketika melahirkan, maka dia tidak akan membawa dosa sedikit pun dan akan di anggap sebagai mati syahid. Di dalam kubur akan mendapat pertamanan indah yang merupakan bagian dari taman syurga. Dan Allah memberikan pahala kepadanya sama dengan pahala 1000 orang yang melaksanakan ibadah haji dan umrah, dan seribu Malaikat memohonkan ampunan baginya hingga hari kiamat.

7). Ya, Fatimah, Tiadalah wanita yang melayani suami selama sehari semalam dengan rasa senang dan ikhlas,melainkan Allah mengampuni dosa-dosanya serta memakaikan pakaian padanya di hari kiamat berupa pakaian yang serba hijau, dan menetapkan baginya setiap rambut pada tubuhnya seribu kebaikan. Dan Allah memberikan kepadanya pahala 100 kali beribadah haji dan umrah.

8). Ya Fatimah, Tiadalah wanita yang tersenyum di hadapan suami, melainkan Allah memandangnya dengan pandangan penuh kasih sayang(rahmat).

9). Ya, Fatimah, Tiadalah wanita yang membentangkan alas tidur untuk suami dengan rasa senang hati, melainkan para Malaikat yang memanggil dari langit menyeru wanita itu agar menyaksikan pahala amalnya, dan Allah mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan yang akan datang.

10). Ya, Fatimah. Tiadalah seorang wanita yang membantu meminyaki kepala suaminya dan menyisir rambutnya, meminyaki jenggot dan memotong kumisnya, serta memotong kukunya, melainkan Allah memberi minuman dari air syurga yang di kemas indah yang di datangkan dari sungai-sungai Syurga. Dan Allah mempermudah sakaratul maut baginya, bebas dari siksa neraka serta dapat melintasi shiratal-mustaqin dengan selamat.


Semoga Bermanfaat, wallahu'alam

Sabtu, 12 Januari 2013

...Tanda-tanda...

"Israwati Sarbia"
Sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.(Q.S Al-Baqarah 164).

Prosesi penciptaan alam semesta dan segenap isinya, kehadiran para nabi dan rasul Allah, interaksi antar masyarakat bahkan jatuhnya daun dari batangnya adalah tanda- tanda bagi kebesaran Allah SWT. DIA memperkenalkan diri-Nya dengan tanda- tanda. Tanda bagi Allah adalah diri-Nya sendiri juga sebagai medium material bagi makhluk material seperti manusia. Kemanapun anda hadapkan wajah anda disitu wajah Tuhan.

Tuhan pemberi harapan akan keselamatan bagi kebaikan sekaligus pemberi peringatan bagi keburukan. Kebaikan dan keburukan pun adalah tanda-tanda. Tuhan bermain dengan tanda dan bagi manusia menangkap tanda berarti mengungkap seluruh diri Tuhan. Pada gerakan sholat atau syariat secara keseluruhan adalah tanda-tanda yang menyimpanunlimited makna.

Dahulu, orang-orang tua kita sangat mafhum mengenal, memainkan atau memberi tanda. Mereka pembaca tanda-tanda yang sederhana nan bijaksana. Mereka membaca tanda-tanda masa depan pada garis tangan, bentuk kepala, kaki, fenomena alam dan banyak lagi tanda- tanda yang bagi generasi belakangan tidak sempat lagi terpahami. Kita telah memiskinkan diri dari tanda-tanda. Kita menjadi masyarakat to the point. 

Tidak sebagaimana seorang peniliti yang membaca tanda lewat kemungkinan mereka membaca tanda pada dunia yang sarat mistis. Mereka tidak memisahkan antara yang profan dan yang sacral. Permainan tanda dimulai dari bangunnya di pagi hari hingga kembalinya ke peraduan malam. Mereka berpikir holistic. Tidak cakap menangkap tanda berarti lalai dalam kehidupan. Saya kira semua peradaban memainkan tanda.

Selama beberapa abad-abad lamanya dunia akademik mengalami kegagapan rasionalitas menemukan titik temu antar berbagai cabang ilmu pengetahuan. Seluruhnya mengalami pertentangan dan mengaku paling otentik untuk mengungkap hakekat realitas. Agama dengan otoritas wahyunya melakukan pertentangan keras terhadap lajunya ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan sendiri cenderung menolak seluruh kesimpulan-kesimpulan teologis yang dianggapnya sebagai mitos dan ilmu filsafat mengebiri diri dalam spekulasi rasinal tiada ujung. 

Dekade terakhir bergulirlah ide-ide penyatuan dan pengakuan otentisitas masing-masing. Hal ini karena ditemukannya tanda-tanda penyatuan. Dalam persfektif Islam sebagaimana yang dikemukakan oleh Mulyadi Kartanegara menemukan tanda-tanda penyatuan itu adalah tanda itu sendiri. Agama mengungkap fenomena pada tanda tertulis (Al-Qur’an) dan ilmu pengetahuan pada tanda yang tidak tertulis dalam hal ini alam semesta. Keduanya adalah tanda-tanda kekuasaan Allah SWT. 

Apa yang salah dari kealpaan tanda- tanda? Penulis revolusioner Milan Kundera mengatakan bahwa ” Perjuangan manusia sesungguhnya adalah perjuangan memelihara daya ingat”. Ingatan pendek tidak akan mampu mengeluarkan seseorang pada penderitaan, ingatan yang pendek tidak akan menyelesaikan masalah, ingatan yang pendek menyebabkan kegagapan membaca dan membangun masa depan.

Realitas Indonesia adalah bukti sejati betapa kealpaan tanda-tanda karena ingatan yang pendek menjadi lingkaran syetan tak terklarifikasi awal dan akhirnya. Rentang waktu kemerdekaan hingga sekarang tak jua menjadikan kita dewasa. Bukti kedewasaan adalah tidak jatuh pada lubang yang sama. Pesta pora demokrasi lima tahunan,mulai dari pemilihan kepala desa sampai Presiden hanyalah aksi-aksi akrobatik yang mempertontonkan kelucuan yang sama dengan polesan kostum yang sedikit berbeda. Masyarakat mendapatkan suguhan dengan menu yang sama. Janji diakhiri kekecewaan dan untuk menutupi kekecewaan kembali memberi janji. Janji yang lalu telah kita lupakan dan menyongsong janji baru untuk kembali kita lupakan.

Alhasil akumulasi kegagalan pembangunan menjadi benang kusut. Fenomena alam, seperti banjir, gempa, tanah longsor, kebakaran hutan dan lainnya adalah tanda-tanda kehancuran. Penyakit social seperti kebodohan, kriminalitas, bunuh diri, krisis eksistensial dan lainnya juga adalah efek empiris yang paling dekonstruktif dari tanda-tanda. Kegilaan structural, untuk menggambarkan kegilaannya penulis memakai pengandaian saja. “ Seandainya ada sedikit kemungkinan masyarakat tanpa kepemimpinan maka Indonesia tak perlu ada kepala RT, tak penting kepala desa, keborosan mengadakan kepala daerah tingkat I dan II dan walikota dan kesia-siaan mengakui presiden”. Semua itu adalah tanda- tanda kebinasaan. Kebinasaan meperkenalkan dirinya lewat tanda- tanda. Sangat disayangkan kita memiliki penyakit yang sama telah “alpa membaca tanda-tanda”
Islam Mosque