Minggu, 12 Agustus 2012

Sekilas perjalanan hidup....

Kehidupan yang tidak direnungkan adalah hidup yang tidak dapat dijalani,kira kira demikianlah sebuah titah seorang bijak. Kehidupan adalah rangkaian proses dan dinamika demi pencapaian tujuan. Kehidupan ini sendiri adalah segala hal yang ada. Apapun yang kita asumsikan sebagai keberadaan itulah kehidupan. Kehidupan adalah ada itu sendiri. Sedangkan pada kenyataannya hidup ini berhirarkis. Kita mengenal benda benda sampai pada makhuk dengan derajat tertinggi yang kita sebut manusia. Idealitas penciptaan manusia adalah sebagai khalifah bagi alam semesta. Alam semesta tentu bukan hanya bumi tapi juga dalam seluruh tingkatannya. Secara sederhana kehidupan ini berhirarki. Yang paling tinggi kita kenal yang maha hidup itu sendiri sampai yang paling rendah,saking rendahnya kita sebut ia benda mati. Benda mati hanya kita kenal dalam pelajaran biologi waktu SD dulu. Jika anda masih mempercayainya saya mengira pengetahuan anda belum terupdate dengan baik. Kembalilah ke jalan yang lurus. 

Lebih jauh tentang kehidupan dan keberadaan, dalam dunia filsafat ada dua perdebatan besar tentang hal ini yakni eksistensialisme dan esensialisme. Karena keterbatasan pengetahuan seorang penumpang di mobil fanter tiada duanya ini tidak mampu mengurainya dan sebagai pembenaran tulisan ini juga tdk dimaksudkan sebagai sebagai tulisan teori filsafat secara akademis. Tulisan ini dimaksudkan pertama,sebagai latihan tulis menulis ditengah tuntutan untuk menulis semakin meninggi. Kedua, sebagai upaya untuk mengabadikan kebodohan.Tentu dengan harapan, apa yang aku tulis yang sejatinya hanya untuk konsumsi pribadi, ini akan menjadi landasan selanjutnya untuk menapaki hijab-hijab makrifat. Ketiga, pengisi waktu seorang musafir dalam perjalanan mks-plp dalam sebuah bus yg sedang melaju dengan dentuman musik yg bisa merobek jantung hidupku. Menikam & menghidupkanku berkali- kali. Walau dengan melodi disko menghentak yang sekiranya volume ditambah satu strip lagi saya yakin bukan hanya memecahkan kaca mobil bus tiada duanya ini tapi juga gendang telingaku. Intinya pelarian dari musik yang punya niat baik tp dengan tindakan kurang manusiawi. 

Lagi kembali pada hidup dan keberadaan. Saya mengira hidupku akan normal kembali setelah mobil ini sampai pada tujuanku. Setidaknya ada beberapa hal yang mesti jadi renungan hidup manusia. Pertama, asal muasal keberadaan manusia. Bagi banyak sebagian orang tentu saja pertanyaan ini sangat sederhana dan kerap kali dengan karakter jawaban yang aksiomatik. Tanpa pertimbangan & tanpa hara huru definisi apalagi argumentasi. Penyebabnya bisa beragam namun kita bagi saja menjadi dua yakni struktural dan kultural. (pembagian ini semau-mau gue aja, mana ada otak normal jika berpergian dengan angkutan umum, mesti persiapkan dua nyawa satu untuk cadangan satu untuk kau ikhlaskan saja)

Pertama,struktural. Menurut anda apa yang membuat negeri kita ini yang telah memproklamirkan diri telah bebas dari penjajah sejak tahun 45 masih terseok-seok dalam segala hal. Sejak reformasi kita telah mendendankan kepiluan bahwa kita mengalami krisis multi dimensional. Disuarakan mulai dari parlement hingga jalanan,oleh kiyai hingga politisi (masih ingat tentang hirarki kehidupan?). Saya yakin politisi (tentu saja sebagian saja) menempati hirarki terendah dalam proses penciptaan. Walaupun aristoteles telah mengumumkan bahwa politik adalah ilmu tertinggi yang mengakumulasi seluruh pengetahuan manusia karena berbicara tentang masyarakat (semoga benar). Tapi tentu saja yang mulia aristoteles bicara dalam bentuk/makna politik sabagaimana politik. Bukan politik dalam kacamata kuda para penyembah kekuasaan atau dalam anggapan para pengusaha kaki tangan negara negara imperialisme. [Oh perutku mulai demonstrasi...dan bus tiada duanya ini masih melaju menerobos perbatasan barru-pare2. Perbatasan yang memiliki dimensi lain dan menjadi korban retorika pembangunan sejak jalan mengenal kata rayaaaa.] Esokx,secara hegemonik struktur negara bekerja melalui seluruh instrument yang dia miliki termasuk mendehumanisasi wacana. 

belum sempat dilanjut, mata sudah 5 watt pemirsa... see on next trip
Islam Mosque