Selasa, 25 November 2008

Menghapus Jejak...

Menghitung waktu bukanlah suatu hal yang sia-sia, begitu banyak hal yang terekam seiring dengan berlalunya waktu. 3 tahun bukanlah waktu yang singkat, begitu banyak hal yang terjadi dan meninggalkan bekas yang sulit untuk dihapus. Kata orang bijak seribu kebaikan dapat terlupakan dengan 1 kesalahan, begitu juga dengan seribu keindahan dapat terhapus hanya dengan 1 pengalaman buruk. Terkadang manusia tidak menyadari kesalahan2 kecil yang kita lakukan terhadap orang lain. Sebelum waktu terlalu jauh merekam biarlah waktu jua yang menghentikannya. Sangat sulit untuk menghapus jejak-jejak yang berbekas tapi yakinlah ini awal untuk kebaikan kita bersama.





Jumat, 14 November 2008

Keresahan....

Mendung menutupi sinaran mentari yang harusnya menampakkan diri sejak tadi, membuatku malas beranjak dari tempat tidur. Namun beberapa agenda yang sudah terjadwal dengan manis seolah tersenyum padaku untuk segera dipedulikan…
Satu kegiatan besar yang akan kulaksanakan seakan menguras tenaga dan fikiran untuk menuju kesempurnaan seperti yang telah dikonsepkan. Kubuka ponselku untuk kembali membaca sms yang kau kirimkan pukul 2.15 tadi dan akhirnya kuputuskan untuk menelfonmu hanya untuk memperjelas ketidakbenaran dari isinya. Besar harapku semoga masalah diantara kita tidak mengganggu agenda kita masing2 yang telah tersusun rapi hari ini. yakinlah bahwa tujuan kita sama dan kita akan bertemu di titik yang sama.


Minggu, 02 November 2008

Gerakan Moral Pemuda
by
"Israwati Sarbia"
________________________________________

"(Ingatlah) tatkala pemuda-pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua lalu mereka berdo'a, "Wahai Rabb kami berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakan lah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)"
(Al Kahfi [18]: 10).
________________________________________

Pemuda adalah sebutan yang melekat pada satu tingkatan usia manusia. Perannya tidak pernah luput dari pentas sejarah kehidupan manusia. Sejak dulu sampai detik ini, di setiap waktu dan zaman pemuda selalu memegang peranan yang menentukan, baik dalam kebaikannya maupun kejahatannya.
Masih segar dalam ingatan kita bagaimana keberingasan para pemuda dalam peristiwa "Sabtu Kelabu" yang tercatat sebagai peristiwa politik terbesar dalam 20 tahun terakhir ini. Kita juga akan selalu ingat akan kebengisan kader-kader PKI dengan Gestapunya dalam membantai para jenderal dan ulama kita pada 31 tahun yang lalu. Dan kita juga takkan pernah lupa akan kegagahan para pejuang kita dalam mengusir penjajah, kegigihan arek-arek Suroboyo dalam mempertahankan kemerdekaan, keberanian para pemuda yang tergabung dalam KAMI dan KAPPI dengan Tritura-nya dan terakhir kiprah para pemuda dalam peristiwa "Sumpah Pemuda" 68 tahun yang lalu. Shahabat Rasulullah SAW yang dikenal dengan sebutan assabiqunal awaaluun juga terdiri dari para pemuda.
Siapakah pemuda?


Pemuda ibarat darah yang sedang menggelegak, sikapnya peka terhadap hal-hal yang baru, menyukai perubahan dan tidak suka dengan "kemapanan", agresif dan dinamis. Bila ia terpikat pada suatu hal yang menurutnya layak diburu, maka ia takkan segan-segan mengorbankan jiwa untuk mendapatkannya.
Potensi yahg dimiliki pemuda adalah ibarat pedang yang tajam. Ia dapat digunakan oleh pejuang di jalan Allah Ta'ala, tetapi dapat pula dipakai oleh para penjahat berjuang di jalan syaithan. Biang keladi dari kejahatan dan kemungkaran adalah pemuda, namun mereka juga merupakan lasykar pejuang yang menjunjung tinggi panji-panji kebenaran. Pemuda jauh lebih agresif daripada orang tua, baik dalam kebaikan maupun dalam kejahatan. Ini merupakan fenomena yang terlihat di setiap zaman.

Perhatian Islam terhadap pemuda 
Sedemikian penting dan strategisnya kedudukan pemuda, maka Islam sangat menaruh perhatian terhadap pemuda sejak dini. Dalam rangka mendidik anak dengan baik, maka Allah SWT telah memberi petunjuk kepada kita melalui Luqmanul Hakim dalam mendidik putranya. Peringatan Luqman agar putranya senantiasa merasa diawasi oleh Allah SWT atas segala perbuatannya. (Luqman berkata) "Hai anakku, sesungguhnya jika ada (suatu perbuatan) seberat biji sawi dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi niscaya Allah akan menda tangkannya (membalasnya). Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Mengetahui" (Luqman [31]:16).
Perintah Luqman kepada anaknya agar mendirikan shalat dan beramar ma'ruf dan nahi munkar serta wasiat untuk bersabar:
"Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan munkar dan bersabarlah terhadap apa yng menimpa kamu. Se sungguhnya yang demikian itu termasuk yang diwajibkan (oleh Allah)" (Luqman [31]: 17).

Rasulullah SAW juga menaruh perhatian begitu besar kepada pemuda, seperti yang terucap dalam sabda-sabdanya. Tentang menghargai waktu beliau bersabda: "Jagalah lima hal sebelum datang lima hal; masa mudamu sebelum masa tuamu, kesehatanmu sebelum masa sakitmu, kayamu sebelum miskinmu, masa senggangmu sebelum datang sempitmu, dan hidupmu sebelum matimu" (HR. Hakim). Kepada para pemuda untuk menjaga kehormatannya, beliau bersabda,"Wahai para pemuda, barangsiapa yang telah mampu (untuk menikah) maka menikahlah, sesungguhnya menikah itu lebih menundukkan mata dan memelihara pandangan. Barangsiapa yang belum mampu, hendaklah ia puasa, sesungguhnya puasa merupakan tameng baginya" (HR. Bukhari). Semua arahan itu dimaksudkan untuk mendidik pemuda yang penuh potensi agar menjadi sosok pribadi muslim ideal. Karena pemuda di saat ini akan menjadi aktor sejarah di masa datang yang perannya dinantikan untuk menuntun ummat manusia kepada keridhaan Allah SWT.

Pemuda penghasung da'wah
Pemuda Islam adalah pewaris da'wah kebenaran yang dibawa oleh para nabi. Tiga buah kisah berikut dapat sebagai pendorong pemuda Islam di dalam menyadari perannya dalam meraih kemenangan yang dijanjikan Allah SWT.
1. Kisah Ashhabul Ukhdud
Kisah tentang kegigihan dan ketabahan seorang ghulam (pemuda) dalam mempertahankan diennya di depan penguasa dzalim. Ia telah diselamatkan Allah SWT dari usaha pembunuhan diterjunkan ke dalam jurang dan ditenggelamkan ke dalam laut oleh raja, karena dia meyakini bahwa Rabbnya dan Rabb raja adalah Allah SWT. Sebelumnya, gurunya telah dipenggal kepalanya karena keimanan mereka. Dan akhirnya (sesuai petunjuk pemuda itu) disaksikan oleh seluruh rakyat negeri, pemuda itu dibunuh sebagai syuhada oleh anak panah yang dilepaskan raja dengan ucapan "Bismillahi Robbil ghulam" (Dengan nama Allah, Rabbnya pemuda ini). Serentak dengan matinya pemuda itu, seluruh rakyat beramai-ramai menyatakan beriman kepada "Rabbnya pemuda itu". Rajapun murka dan membakar seluruh rakyat dalam sebuah parit (ukhdud) yang berisi kobaran api. Peristiwa ini Allah abadikan dalan surat Al Buruuj. Secara sekilas nampaknya sebagai kebinasaan bagi ghulam itu, tetapi sebenarnya dengan berimannya seluruh rakyat di sebuah negeri berarti merupakan sebuah kemenangan.
2. Ashhabul Kahfi
Mereka adalah tujuh orang pemuda bangsawan dan seekor anjingnya yang berasal dari lingkungan kerajaan Romawi. Mereka memisahkan diri dari kaumnya yang masih jahiliyah dan membuat tempat peribatan sendiri untuk menyembah Allah SWT. Masyarakat Romawi saat itu mempunyai tradisi menyembah berhala dan menyembelih binatang sebagai korban untuk berhala itu. Ketika diketahui oleh pengawal raja, maka ditangkaplah para pemuda itu dan dihadapkan kepada raja Dikyanus. Oleh raja mereka diberi kesempatan berfikir untuk kembali ke agama nenek moyang atau dibunuh. Tetapi mereka memilih untuk mengimani Allah Ta'ala dan menyelamatkan diri dari kejaran para pengawal raja yang hendak membunuhnya. Mereka lari ke dalam sebuah gua (kahfi) dan atas izin Allah, mereka selamat dari kejaran para pengawal raja dan tertidur di dalam gua selama sembilan ratus tahun.
3. Assabiqunal awwalun
Ketahuilah, kader-kader da'wah yang digembleng oleh Rasulullah SAW di rumah Arqam bin Abil Arqam adalah para pemuda. Dari tangan-tangan merekalah terbitnya fajar Islam. Bagaimana tidak, waktu itu usia Rasulullah SAW 40 tahun, sementara Abu Bakar RA berusia 3 tahun lebih muda, sedangkan usia Umar bin Khattab RA baru 27 tahun. Bahkan Ali bin Abi Thalib RA masih sangat muda yaitu 10 tahun. Di samping itu para mujahid tangguh yang digembleng Rasulullah SAW juga para pemuda seperti Abdullah bin Mas'ud RA, Abdurrahman bin Auf RA, Za'id bin Tsabit RA, Mush'ab bin Umair RA, Bilal bin Rabah RA, Amar bin Yasir RA dan puluhan bahkan ratusan pemuda yang lain. Dalam mengemban risalah da'wah, mereka dengan tabah menanggung ancaman dan siksaan, rela berkorban demi tegaknya kalimah Allah. Siang dan malam tanpa mengenal lelah berusaha keras untuk mewujudkan kemenangan gemilang serta tersebarnya Islam, sehingga dalam waktu singkat sebuah negara Islam yang berdaulat dengan pemerintahan sendiri dapat terbentuk dalam waktu 23 tahun saja.

Penutup
Dinamika perubahan zaman yang semakin menuju kepada kehancuran aqidah dan akhlaq menuntut pemuda Islam untuk tampil ke depan menyingkirkan segala bentuk kemungkaran dan menuntun masyarakat kepada cahaya kebenaran Islam. Tidak sepantasnya potensi yang dimiliki pemuda disia-siakan dalam gelimang kemaksiatan dan kejahatan. Sekaranglah saatnya untuk bangkit berkemas menyambut seruan Allah dan Rasul-Nya. Di tangan pemudalah masa depan umat ini. Sejarah telah mencatat bahwa yang bertindak sebagai pilar penyangga ke bangkitan Islam, sebagai pengibar panji-panjinya dan sebagai panglima perangnya didominasi para pemuda Islam yang penuh keimanan. Dan untuk itu Allah memberikan tambahan hidayah dan petunjuk-Nya sebagaimana yang telah Allah SWT kepada Ashhabul Kahfi.
Wallahu a'lam bishawab.....



Selasa, 28 Oktober 2008

Wahai Sahabat….

Ini cerita cinta dari orang tua kita…
Tidak untuk dijadikan pegangan hidup
Karena sudah ada Al-Qur'an untuk itu
Tidak pula sebagai tuntunan laku
Karena Rasul telah tinggalkan Sunnah bagi kita
Cukuplah engkau ingat-ingat
Dalam setiap jatah waktu yang engkau miliki
Wahai sahabat…
Kita mungkin tidak ingat kalimat dalam tunduk
Setiap kali kita ditimang untuk tidur
Berisi permohonan 1
Berisi pujian 2
Berisi tanda syukur 3
Berisi kesaksian 4
Berisi pengakuan 5
Wahai sahabat….

Kita diajarkan makan dan minum
Tidak untuk mengenyangkan perutmu
Tidak pula untuk penuhi dahagamu
Sekedar membantu agar kita mampu
Menuntaskan kewajiban setelah itu
Dan ingat pada mereka-mereka
Yang masih mengais rezeki hari ini
Wahai sahabat…
Kita diajarkan menggenggam
Tidak untuk menahan hak orang lain
Tidak pula untuk merampasnya
Sekedar cara mempertahankan milik kita
Dan meletakkan sebagian isi genggaman kita
Pada tangan yang lebih berhak
Wahai sahabat…
Kita diajarkan melangkah
Tidak hanya untuk menjejakkan kaki
Pada tempat yang kita inginkan
Gunakan pelajaran itu nanti
Untuk tetapkan langkah pada jalan-Nya
Walau berserak kerikil dan batu menyandung
Wahai sahabat…
Kita diajarkan berbicara
Tidak untuk berbual ria
Tidak pula menikam musuh dalam fitnah
Manfaatkan kemampuan itu nanti
Untuk berbagi dan menyampaikan ilmu 6
Dan selalu berdiskusi dengan-Nya
Wahai sahabat….
Duabelas purnama, itu dulu pelajaran buat kita
Bila Ia berikan lapang waktu
Akan kita teruskan pelajaran lainnya
Agar waktu yang terlewati
Dan setiap waktu yang tersisa
Selalu berisi pengabdian
Dan berlimpah dengan ridha-Nya


Filosofi tasbih


Sebuah tasbih adalah sebuah kehidupan, berawal dan berakhir di titik yang sama. Bukan tasbih namanya, jika hanya terdiri dari satu butir, bukan kehidupan namanya, jika hanya satu dimensi. Kehidupan akan sempurna dan indah bila telah melewati serangkaian untaian butiran suka, duka, derita, bahagia, gembira, gagal, sukses, pasang dan surut. Untuk melewati semua itu dibutuhkan keberanian, kesabaran, kekuatan dan perjuangan untuk teru meniti, berjalan, mendaki. Sebab seperti tasbih yang melingkar, kehidupan pun demikian. Ke mana pun akan pergi dan berlari, tetap masih dalam lingkaran takdir Allah. Dari-Nya kehidupan dimulai dan kepada-Nya akan berakhir.
Mungkin itulah yang kemudian tasbih identik dengan dzikir, mengingat Allah. Tasbih menjadi tanda kesalehan, kedekatan hamba dengan Allah. Namun, sebenarnya tasbih juga penanda perjuangan dan semangat gambaran sebuah kehidupan sejati.
Begitu juga cinta, akal manusia terlalu picik jika mengira tasbih hanya cocok untuk mereka yang dekat dengan maut. Dalam kehidupan di dunia yang sesungguhnya, tasbih adalah wakil jiwa yang selalu bergerak, tidak pernah berhenti, pantang menyerah tidak mengenal putus asa, untuk meraih yang lebih tinggi, bahwa hidup adalah karunia paling berharga untuk makhluk bernama manusia. Maka, jangan pernah mengharap cinta bila engkau tidak memiliki keberanian, jangan memeluk cinta bila takut gagal karena, akan sakit hati. Semua itu adalah paket yang akan ditemukan oleh siapa pun dalam meraih cinta.
Cinta …bisakah kita memahami cinta lewat sebuah benda, tasbih???
Mengapa tidak? Cinta adalah sisi lain yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan. Tasbih adalah keutuhan yang diikat pada sebuah simpul. Hal itu dilakukan agar butiran-butiran kecil dapat menyatu, saling bertautan, seimbang, dan bila dilihat tampak indah. Cinta juga akan menjadi indah jika diterima sebagai sebuah keutuhan. Mencintai adalah aktivitas berat yang membutuhkan keberanian untuk menerima yang dicintai dengan utuh. Sisi kelebihan sudah pasti mudah menerimanya, tapi, bagaimana sisi lainnya yang pasti ada kekurangan, kelemahan. Semudah itukah menerima?
Agar cinta juga menjadi abadi dan kuat, dibutuhkan kesediaan dua ujungnya untuk diikat dalam satu simpul yang kokoh. Tanpa ikatan, tanpa simpul, cinta akan terburai menjadi butir-butir egoisme yang tercerai berai. Bila demikian, bisakah cinta dipandang sebagai sebuah keindahan? Bahkan apakah bisa disebut cinta, bila untuk saling berdekatan hati saja, sudah tidak mampu?

Senin, 08 September 2008

SELAMAT BERPUASA

"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa."(QS.Al Baqarah [2]:183).

Bulan suci Ramadhan tengah kita lalui. Bulan yang diwajibkan berpuasa bagi orang-orang yang beriman, sekaligus bulan yang didalamnya penuh dengan pahala, maghfirah (ampunan) dan rahmat. Untuk itu sangat merugikan bagi siapa yang menyia-nyiakan bulan suci ini.
Maka sedikit banyak, kaum muslimin seharusnya memahami kaifiat (tata cara) berpuasa, apa yang dilarang didalamnya dan apa yang diperbolehkan.


I. Arti Puasa
Puasa atau shiyam, arti secara lughatan (bahasa) adalah "menahan". Sedangkan arti secara istilah berarti menahan diri dari segala apa yang membatalkan puasa, semenjak terbit fajar sampai terbenam matahari, dengan disertai niat.

II. Hukum Puasa
Hukum puasa Ramadhan adalah fardu 'ain (wajib atas setiap pribadi Muslim), sebagaimana firman Allah SWT: "Hai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan atas kamu berpua- sa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, mudah-mudahan kamu bertaqwa" (Al Baqarah [2]: 183).
Ada salah seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah SAW, "Ya Rasulullah, katakanlah kepadaku puasa yang diwajibkan Allah atas diriku!" Jawab Rasulullah SAW, "Puasa Ramadhan". Kemudian laki- laki itu bertanya,"Apakah ada lagi yang wajib bagiku?" Jawab Nabi SAW, "Tidak! Kecuali kalau kamu berpuasa sunat" (Hadits dari Thalhah bin Ubaidilah). Ummat Islam telah ijma' atau sepakat atas wajibnya puasa Ramadhan, sehingga bagi mereka yang mengingkarinya berarti kafir atau murtad.

III. Siapa Yang Wajib Berpuasa
Yang kena kewajiban untuk berpuasa adalah:
1.Muslim atau Muslimah, sehingga bagi orang Non Muslim tidak wajib untuk berpuasa.
2.Baligh, untuk laki-laki ditandai dengan ihtilam (mimpi basah) dan untuk wanita ditandai dengan keluarnya darah haidh. Bagi anak-anak tidak wajib untuk berpuasa, tetapi akan lebih baik kalau sudah dibiasakan sejak dini. Demikian itulah yang dilakukan para shahabat. "...Maka setelah itu kamipun berpuasalah, dan kami suruh anak- anak kami yang masih kecil untuk berpuasa. Kami bawa mereka ke masjid dan kami buatkan mereka semacam alat permainan dari bulu domba. Maka jika ada di antara mereka yang menangis minta makan, kami berilah ia alat permainan itu. Demikianlah berlangsung sampai dekat waktu berbuka" (HR. Bukhari dan Muslim).
3.Berakal sehat. Puasa tidak wajib bagi orang gila dan orang yang tidak sadarkan diri (pingsan atau koma).
4.Sehat. Tidak wajib berpuasa bagi mereka yang sakit atau orang yang sudah tua renta.
5.Menetap, sehingga bagi mereka yang bepergian tidak diwajibkan memikul kewajiban berpuasa. "...Karena itu, barangsiapa diantara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu..." (Al Baqarah [2]: 185).
Bahwa Hamzah bin Amru Al Aslamy pernah bertanya (kepada Nabi SAW), "Saya mendapati pada diri saya kekuatan untuk berpuasa dalam safar (bepergian), apakah saya bersalah (bila berpuasa)?" Maka Rasulullah SAW menjawab: "Ia adalah rukhsah (keringanan) dari Allah Ta'ala. Karena itu, siapa saja yang mengerjakannya maka itu baik. Dan barangsiapa ingin berpuasa, maka tidak mengapa" (HR. Muslim).
6.Bagi wanita, harus suci dari haidh dan nifas.

IV. Rukun Puasa
Adapun rukun puasa yang harus kita penuhi adalah:
1.Berniat.
Sabda Rasulullah SAW: "Barangsiapa yang sebelum fajar tidak membulatkan niatnya untuk berpuasa, maka tidak sah puasanya" (HR. Ahmad). Tidak ada keterangan dari Rasulullah SAW bagaimana lafadz niat berpuasa, yang terpenting dari niat adalah kebulatan hati hendak mengerjakan suatu amalan.
2.Menahan diri dari segala yang membatalkan puasa, sejak terbit fajar hingga terbenam matahari.
Firman Allah Ta'ala: "... Maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minum- lah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai malam..." (Al Baqarah [2]: 187).
Ayat di atas merupakan bagian dari rangkaian ayat yang berisi perintah bagi orang-orang yang beriman untuk berpuasa di bulan Ramadhan. Sedangkan yang dimaksud dengan benang putih dari benang hitam adalah sebagaimana penjelasan Rasululah SAW "...maksudnya ialah gelapnya malam dan terangnya siang..." (HR. Bukhari dan Muslim).
Dari sini bisa difahami bahwa puasa dikatakan sah atau tidak batal apabila seseorang menahan diri untuk tidak melakukan per- buatan yang dapat membatalkan puasa, dimulai dari terbit fajar dan berakhir saat terbenamnya matahari.

V. Yang Membatalkan Puasa
A. Yang membatalkan dan wajib untuk diqadha
1.Makan dan minum dengan sengaja.
Apabila seseorang makan dan minum di tengah-tengah dia berpuasa dan dalam keadaan lupa, maka tidak wajib baginya untuk mengqadha (mengganti) puasanya di hari yang lain. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW: "Barangsiapa yang lupa, padahal ia berpuasa, lalu ia makan atau minum, maka hendaklah dilanjutkan puasanya. Karena bahwasanya ia diberi makan dan minum oleh Allah" (HR. Jama'ah).
2.Muntah dengan sengaja.
Rasulullah SAW bersabda: "Barangsiapa didesak oleh muntah, ia tidak wajib mengqadha. Akan tetapi barangsiapa yang menyengaja muntah, hendaklah ia mengqadha" (HR. Ahmad, Abu Daud dan Tirmidzi).
3.Mengeluarkan mani atau sperma dengan sengaja
4.Memasukkan bahan yang bukan makanan ke dalam perut melalui jalan biasa (pencernaan makanan).
5.Haidh dan Nifas
6.Meniatkan berbuka
7.Mengira telah masuk waktu berbuka kemudian melakukan hal-hal yang membatalkan puasa. Seperti makan, minum, bersetubuh dan lain-lain.
B. Yang membatalkan puasa dan wajib untuk diqadha sekaligus membayar kifarat
* Bersetubuh di tengah berpuasa

VI. Adab Berpuasa
1.Mengakhirkan Makan Sahur.
Makan sahur merupakan perintah dari Rasulullah SAW dan sudah dianggap terpenuhi walaupun hanya dengan minum seteguk air. "Bersahur itu berkah, maka janganlah kamu tinggalkan walau seseorang di antara kamu itu hanya mereguk air. Karena Allah dan para Malaikat-Nya akan mengucapkan shalawat kepada orang-orang yang bersahur" (HR. Ahmad).
Waktu makan sahur yang utama adalah yang diakhirkan yaitu kurang lebih limapuluh ayat dari waktu terbit fajar. "Kami makan sahur bersama Rasulullah SAW, lalu kami berdiri untuk melakukan shalat. Saya bertanya: "Berapa kira-kira jarak antara keduanya?" Jawab Nabi: "Limapuluh ayat"" (HR. Bukhari dan Muslim).
2.Menyegerakan Berbuka.
Rasulullah SAW bersabda: "Selalulah manusia itu dalam kebaikan, selama mereka menyegerakan berbuka" (HR. Bukhari dan Muslim).
Disunahkan mengawali makan buka dengan buah-buahan manis, seperti kurma. Kalaupun tidak ada kurma bisa diganti dengan minum beberapa teguk air. "Jika salah seorang diantara kamu berpuasa, hendaklah ia berbuka dengan kurma. Dan jika tidak ada, maka dengan air, karena air itu suci" (HR. Ahmad dan Tirmidzi).
Diharamkan bagi seorang Muslim untuk berpuasa terus-menerus tanpa berbuka (berwishal). "Janganlah kamu berwishal! Dan barangsiapa yang berkehendak untuk melakukannya maka berwishallah hingga waktu sahur" (HR. Bukhari).
3.Shalat Tarawih.
Qiyamul Lail (shalat malam) di bulan Ramadhan disebut shalat Tarawih. Shalat Tarawih ini adalah shalat ma'tsurah (shalat yang pernah dicontohkan Rasulullah SAW) yang biasa dikerjakan secara berjama'ah di masjid oleh kaum Muslimin setelah shalat Isya'. Hukum shalat Tarawih adalah sunnah mu'akadah, sebagaimana sabda Rasulullah SAW: "Amma ba'du! Sesungguhnya saya tahu tempat duduk kalian. Tetapi, saya khawatir shalat Tarawih itu diwajibkan atas kalian, lalu kalian tidak sanggup mengerjakannya"
4.Murah Hati dan Mempelajari Al Qur'an.
"Rasulullah SAW adalah orang yang paling dermawan. Dan sifat kedermawanannya itu lebih menonjol pada bulan Ramadhan, yakni ketika ia ditemui oleh Jibril. Biasanya Jibril menemuinya pada setiap malam bulan Ramadhan, dibawanya mempelajari Al Qur'an. Maka Rasulullah SAW lebih murah hati melakukan kebaikan daripada angin yang bertiup" (HR. Bukahri).
5.Giat beribadah pada sepuluh hari terkahir bulan Ramadhan.
"Bahwa Nabi SAW bila telah masuk puluhan terakhir dari bulan Ramadhan, diramaikannya waktu malam, dibangunkannya keluarga dan diikat erat kain sarungnya" (HR. Bukhari dan Muslim).

VII. Hal-hal Yang Diperbolehkan di Bulan Puasa
1.Mimpi Basah
2.Siwak atau sikat gigi
3.Berenang atau mandi
4.Memakai celak atau meneteskan obat ke mata
5.Mencium isteri dengan syarat mampu mengendalikan nafsunya.
6.Injeksi (Suntikan)
7.Berkumur-kumur
8.Memasukkan air ke dalam rongga hidung
9.Melakukan hal-hal yang tidak mungkin dihindari, seperti mene- lan air ludah, debu jalanan, selesma dan yang sejenis itu.
10.Makan, minum dan melakukan hubungan suami isteri di malam hari hingga terbit fajar
11.Masih dalam keadaan junub di waktu Shubuh.
12.Bagi para wanita, apabila darah haidh atau nifas telah berhenti sebelum fajar boleh berpuasa walaupun belum melakukan mandi wajib.
Dengan memahami beberapa kaidah berpuasa ini, semoga saja puasa kita menjadi amalan yang dapat meningkatkan nilai ketaqwaan. Amiin...

Wallahu a'lam bishshawab.....

Rabu, 27 Agustus 2008

Hidup Jangan Tertidur.....!

Untuk dapat menikmati hidup, hal terpenting yang perlu Anda lakukan adalah menjadi SADAR. Inti kepemimpinan adalah kesadaran. Inti spiritualitas juga adalah kesadaran. Banyak orang yang menjalani hidup ini dalam keadaan ''tertidur.'' Mereka lahir, tumbuh, menikah, mencari nafkah, membesarkan anak, dan akhirnya meninggal dalam keadaan ''tertidur.''

Analoginya adalah seperti orang yang terkena hipnotis. Anda tahu di mana menyimpan uang. Anda pun tahu persis nomor pin Anda. Dan Andapun menyerahkan uang Anda pada orang tidak dikenal. Anda tahu, tapi tidak sadar. Karena itu, Anda bergerak bagaikan robot-robot yang dikendalikan orang lain, lingkungan, jabatan, uang,dan harta benda.

Pengertian menyadari amat berbeda dengan mengetahui. Anda tahu berolah raga penting untuk kesehatan, tapi Anda tidak juga melakukannya. Anda tahu memperjualbelikan jabatan itu salah, tapi Anda menikmatinya. Anda tahu berselingkuh dapat menghancurkan keluarga, tapi Anda tidak dapat menahan godaan. Itulah contoh tahu tapi tidak sadar!

Ada dua hal yang dapat membuat orang menjadi sadar. Pertama, peristiwa-peristiwa pahit dan musibah. Musibah sebenarnya adalah ''rahmat terselubung'' karena dapat membuat kita bangun dan sadar. Anda baru sadar pentingnya kesehatan kalau Anda sakit. Anda baru sadar pentingnya olahraga kalau kadar kolesterol Anda mencapai tingkat yang mengkhawatirkan. Anda baru sadar nikmatnya bekerja kalau Anda di-PHK. Seorang wanita karier baru menyadari bahwa keluarga jauh lebih penting setelah anaknya terkena narkoba. Seorang sopir taksi pernah bercerita bahwa ia baru menyadari bahayanya judi setelah hartanya habis.

Kematian mungkin merupakan satu stimulus terbesar yang mampu menyentakkan kita. Banyak tokoh terkenal meninggal begitu saja. Mereka sedang sibuk memperjualbelikan kekuasaan, saling menjegal, berjuang meraih jabatan, lalu tiba-tiba saja meninggal. Bayangkan kalau Anda sedang menonton film di bioskop. Pertunjukan sedang berlangsung seru ketika tiba-tiba listrik padam. Petugas bioskop berkata, ''Silakan Anda pulang, pertunjukan sudah selesai!'' Anda protes, bahkan ingin menunggu sampai listrik hidup kembali. Tapi, si penjaga hanya berkata tegas, ''Pertunjukan sudah selesai, listriknya tidak akan pernah hidup kembali.''

Itulah analogi sederhana dari kematian. Kematian orang yang kita kenal, apalagi kerabat dekat kita sering menyadarkan kita pada arti hidup ini. Kematian menyadarkan kita pada betapa singkatnya hidup ini, betapa seringnya kita meributkan hal-hal sepele, dan betapa bodohnya kita menimbun kekayaan yang tidak sempat kita nikmati.

Hidup ini seringkali menipu dan meninabobokan orang. Untuk menjadi bangun kita harus sadar mengenai tiga hal, yaitu siapa diri kita, darimana kita berasal, dan ke mana kita akan pergi. Untuk itu kita perlu sering mengambil jarak dari kesibukan kita dan melakukan kontemplasi.

Ada sebuah ungkapan menarik dari seorang filsuf Perancis, Teilhard de Chardin, ''Kita bukanlah manusia yang mengalami pengalaman-pengalaman spiritual, kita adalah makhluk spiritual yang mengalami pengalaman-pengalaman manusiawi.'' Manusia bukanlah ''makhluk bumi'' melainkan ''makhluk langit.'' Kita adalah makhluk spiritual yang kebetulan sedang menempati rumah kita di bumi. Tubuh kita sebenarnya hanyalah rumah sementara bagi jiwa kita. Tubuh diperlukan karena merupakan salah satu syarat untuk bisa hidup di dunia. Tetapi, tubuh ini lama kelamaan akan rusak dan akhirnya tidak dapat digunakan lagi. Pada saat itulah jiwa kita akan meninggalkan ''rumah'' untuk mencari ''rumah'' yang lebih layak. Keadaan ini kita sebut meninggal dunia. Jangan lupa, ini bukan berarti mati karena jiwa kita tak pernah mati. Yang mati adalah rumah kita atau tubuh kita sendiri.

Coba Anda resapi paragraf diatas dalam-dalam. Badan kita akan mati, tapi jiwa kita tetap hidup. Kalau Anda menyadari hal ini, Anda tidak akan menjadi manusia yang ngoyo dan serakah. Kita memang perlu hidup, perlu makanan, tempat tinggal, dan kebutuhan dasar lainnya. Bila Anda sudah mencapai semua kebutuhan tersebut, itu sudah cukup! Buat apa sibuk mengumpul-ngumpulkan kekayaan -- apalagi dengan menyalahgunakan jabatan -- kalau hasilnya tidak dapat Anda nikmati selama-lamanya. Apalagi Anda sudah merusak jiwa Anda sendiri dengan berlaku curang dan korup. Padahal, jiwa inilah milik kita yang abadi.

Lantas, apakah kita perlu mengalami sendiri peristiwa-peristiwa yang pahit tersebut agar kita sadar? Jawabnya: ya! Tapi kalau Anda merasa cara tersebut terlalu mahal, ada cara kedua yang jauh lebih mudah: Belajarlah MENDENGARKAN. Dengarlah dan belajarlah dari pengalaman orang lain. Bukalah mata dan hati Anda untuk mengerti, mendengarkan, dan mempertanyakan semua pikiran dan paradigma Anda. Sayang, banyak orang yang mendengarkan semata-mata untuk memperkuat pendapat mereka sendiri, bukannya untuk mendapatkan sesuatu yang baru yang mungkin bertentangan dengan pendapat mereka sebelumnya. Orang yang seperti ini masih tertidur dan belum sepenuhnya bangun.

Minggu, 13 Juli 2008

Bertambahnya Usiamu…

Buka lembar kado ini diatas sajadah
Lihatlah cahaya kasih Allah padamu tak terhingga
Saat kaki-kaki kecilmu melangkah,
Sahabat…
Dia tak lepas awas mata peliharah dirimu dalam jiwa
Saat tangan lemahmu menggenggam butiran bara
Air sejuknya tawarkan dingin yang mengalir kesekujur raga
Saat hujan membasahi dalam kedinginan
Dia tawarkan sang surya membuatmu kembali tertawa
Membayang mata berkaca saat Ziarahmu pada buku harian jiwa
Hitunglah tasbih ini sahabat…
Bersama lembar demi lembar usia yang terasa semakin termakan fana
Karena esok hari Allah akan bertanya padamu
Apakah wajahmu kau hadapkan pada Sang Penciptamu?
Selepas subuh 23 tahun sahabat…
Saat Qur’an kau eja dan fajar membayang diatas jendela kaca rumahmu
Fikirku dan fikirmu bukanlah selamat ulang tahun dalam meriahnya kue tart bercita rasa
Dzikirku dan dzikirmu menyatu dalam tasbihnya alam di jagad raya…

Berjalan, merangkak perlahan tapi pasti, saling kejar-mengejar, saling berganti, itulah waktu. Akan terus berganti dan terus berganti tanpa ada yang dapat menghentikannya, kecuali Sang Pencipta waktu itu sendiri. Satu masa akan berganti dengan masa yang lain. Sudah dimaklumi bersama, bahwa yang demikian itu akan terus berjalan dan tidak akan terulang kembali.
Pergantian masa atau waktu selalu ditandai dengan peristiwa-peristiwa yang khas. Peristiwa yang lain dari biasanya. Misalnya pergantian jam, ditandai dengan dentingan suara lonceng atau bel. Pergantian hari-hari, dari malam ke siang ditandai dengan berkokoknya ayam jantan, dari siang ke malam ditandai dengan keluarnya kelelawar dari sarangnya dan sebagainya. Demikian seterusnya setiap pergantian waktu selalu ditandai dengan suatu kejadian dengan ciri khas tertentu.
Tanggal 14 Juli, juga merupakan sebuah peristiwa pergantian waktu yang mungkin cukup berkesan buat kamu dan orang-oran g disekitarmu, dimana dirimu ditambahkan usia dari Sang PenciptaMu. Oleh sebab itu sebagai manusia mungkin dirimu berusaha membuat tanda, membuat kenangan yang dianggap dapat berkesan untuk diingat sepanjang masa. Banyak dintara manusia merayakannya dengan membuat acara yang 'sangat meriah' sepanjang siang dan malam. Walaupun sebenarnya mereka juga sama sekali tidak tahu menahu tentang apa maksud dan tujuan acara yang dilakukannya. Mereka hanya terjebak dalam taklid buta (ikut-ikutan).

HAPPY MILAD SAHABAT......

Ketika semburat fajar di 14 Juli menyapa
Hembusan angin membawa kenangan 23 tahun silam
Kenangan saat tangisan seorang bayi pertanda menyambut sebuah janji...
Saat ruh telah ditiupkan dalam ragamu
Saat itu lembar demi lembar kehidupan pun kau mulai
Hingga hari ini kau telah dewasa
Hati ini menanti agar kuncup itu mekar menjadi bunga
Menebar wangi dan madunya pada sesama
Bila lilin telah dinyalakan atau genderang pertempuran telah ditabuh
Maka Kau kan mengerti warna-warna yang tergores
Jadikanlah ‘ia lukisan yang menyimpan berjuta makna
Meski fitrahmu setegar batu karang atau serapuh daun-daun kering
Lihatlah !!!
Kini fajar mulai menyingsing
Pagi telah lama mengucapkan salam perpisahan
Apa yang telah Kau penuhi dari janji itu
“Alastu birabbika ?? Qalu balaa Syahidnaa”
Sudahkah Kau mendapat jaminan dari Rabb-mu ?
Tersenyumlah menyambut hari esok, Karena bila pagi kau temui
Itulah kesempatan yang ‘Ia beri

To—Sahabatku yang telah bertambah dewasa…
“Usia itu ujian, maka jalanilah ia dengan penuh kebaikan”

Hanya tulisan ini yang bisa saya berikan dihari bahagiamu, dimana kita terpisah oleh ruang dan waktu, mudah-mudahan ada manfaatnya, minimal dibaca yah…!!!

Sabtu, 12 Juli 2008

Perbanyaklah Menangis....

Bagaimana alasanku kelak jika hisab telah tiba
Sedangkan aku penuh dengan beban dosa
Aku lihat lembaran amalku hitam pekat
Dengan noda-noda yang baru maupun yang lama
Tuhan telah memberi jalan dan membuka tabir
Dihari kebangkitan dimana manusia dihinakan
Beruntunglah mereka yang taat kepada-Nya
Dengan surga yang kekal
Kekallah mereka di dalamnya tiada berakhir
Di suatu tempat yang aman merdeka
Adapun orang-orang yang durjana
Mereka tinggal di neraka hina
Di dalamnya tiada henti dengan azab dan siksa
Banyak-banyaklah menangis
Di hari kau berhak menangis
Dengan deraian air mata
Dan dengan taubatan nasuha....
Masih perlukah air mata
Sementara bilur-bilur dosa kian merejam asa
Masih mampukah kaki menyangga
Sementara pilar-pilar jiwa terlanjur nista
Masih mampukah kutengadahkan wajah
Bila sebagian meradang merah
Dan masih lazimkah hamba duduk menyembah
Berharap terlahir fitri kembali

Sabtu, 05 Juli 2008

Perkenankanlah aku mencintai-MU semampuku

Tuhanku,
Aku masih ingat, saat pertama dulu aku belajar mencintaiMu. Kajian demi kajian tarbiyah kupelajari, untai demi untai kata para ustadz kuresapi.
Tentang cinta para nabi, tentang kasih para sahabat, tentang muhabbah orang shalih, tentang kerinduan para syuhada. Lalu kutanam di jiwa dalam-dalam, kutumbuhkan dalam mimpi idealisme yang mengawang di awan.

Tapi Rabbi...
Berbilang hari demi hari dan kemudian tahun berlalu, tapi aku masih juga tak menemukan cinta tertinggi untuk-Mu, aku makin merasakan gelisahku memadai dalam cita yang mengawang, sedang kakiku mengambang. Hingga aku terhempas dalam jurang dan kegelapan.

Allahu Rahiim, Illahi Rabbii, perkenankanlah aku mencintai-Mu semampuku....
Perkenankanlah aku mencintai-Mu, sebisaku. Dengan segala kelemahanku.

Ilaahi aku tak sanggup mencintai-Mu dengan kesabaran menanggung derita.
Umpama Nabi Ayyub, Musa, Isa hingga Al-Mustafa. Karena itu ijinkan aku mencintai-Mu melalui keluh kesah pengaduanku pada-Mu, atas derita batin dan jasadku, atas sakit dan ketakutanku.

Rabbii, aku tak sanggup mencintai-Mu seperti Imam Ali,as, yang menyedekahkan seluruh hartanya dan hanya meninggalkan Engkau dan RasulMu bagi diri dan keluarganya. Atau layaknya sayidah Fatimah yang menyerahkan separo hartanya demi jihad. Atau Al-Husain yang menyerahkan nyawanya untuk syiarkan Dien-Mu. Ijinkan aku mencintai-Mu, melalui 100-500 perak yang terulur pada tangan-tangan kecil di perempatan jalan, pada wanita-wanita tua yang menadahkan tangan di pojok-pojok jembatan. Pada makanan-makanan yang terkirim ke handai taulan.

Illahi, aku tak sanggup mencintaiMu dengan khusyuknya shalat salah seorang sahabat nabiMu, hingga tiada terasa anak panah musuh terhujam di kakinya. Karena itu Ya Allah, perkenankanlah aku tertatih menggapai cintaMu, dalam shalat yang coba kudirikan dengan terbata-bata, meski ingatan kadang melayang ke berbagai permasalahan dunia.

Rabbii, aku tak dapat beribadah ala orang-orang shalih atau bagai para al hafidz dan hafidzah yang membaktikan seluruh malamnya untuk bercinta denganMu dalam satu putaran malam. Perkenankanlah aku mencintaiMu, melalui satu - dua rakaat sholat lailku, atau sekedar sunnah nafilahku, selembar dua lembar tilawah harianku. Lewat lantunan seayat dua ayat hafalanku.

Yaa Rahiim, aku tak sanggup mencintaiMu semisal para syuhada, yang menjual dirinya dalam jihad bagiMu. Maka perkenankanlah aku mencintaiMu dengan mempersembahkan sedikit bakti dan pengorbanan untuk dakwahMu, dengan sedikit pengajaran bagi tumbuhnya generasi baru.

Allahu Kariim, aku tak sanggup mencintaiMu di atas segalanya, ijinkan aku mencintaiMu dengan mencintai orang-orang disekitarku membawa mereka pada nikmatnya hidayah dalam naungan Islam, manisnya iman dan ketabahan. Dengan mencintai sahabat-sahabatku, mengajak mereka untuk lebih mengenalMu, dengan mencintai manusia dan alam semesta.

Perkenankanlah aku mencintaiMu semampuku, Yaa Allah. Agar cinta itu mengalun dalam jiwa. Agar cinta ini mengalir di sepanjang nadiku.

" A R T I S A H A B A T ...."

“ Tak mudah untuk kita
Hadapi perbedaan yang berartiTak mudah untuk kitaHadapi rintangan silih bergantiKau masih berdiri, kita masih disiniTunjukkan pada duniaArti sahabatKau teman sehati, kita teman sejatiHadapilah dunia, genggam tanganku…Kau adalah tempatku membagi kisahkuKau sempurna jadi bagian hidupkuApapun kekuranganmu….”

Kalau grup band nidji mampu mengejawantahkan arti sahabat dalam sebuah lirik lagu, bagaimana dengan kita? Pernahkah terbersit dalam benak kita apa arti ‘sahabat’ bagi kita? Kata sahabat adalah sebuah kata yang menandakan bahwa manusia adalah makhluk social, namun demikian besar arti sebuah persahabatan sehingga membuatnya begitu berarti.Kadang susah menilai suatu arti persahabatan, apakah sahabat itu saling memberi dan menerima? Apakah sahabat itu cuman pas lagi kesusahan baru bilang sahabat? Apakah sahabat itu rasa saling memiliki satu antar lainnya? Atau ada yang lain? Terkadang sahabat dapat membuat hari-hari yang kita lalui benar-benar indah dan memiliki banyak cerita, namun kadang juga sahabat membuat kenangan terburuk untuk kita sepanjang hidup.
Apa sich sebenarnya perbedaan antara teman dan sahabat, teman adalah seseorang yang kita kenal dan seseorang yang bisa kita jumpai, seseorang yang namanya kita ketahui, yang kita lihat berkali-kali, yang dengannya mungkin kita memiliki persamaan dan yang disekitarnya kita merasa nyaman. Namun mereka adalah orang yang dengannya kita tidak akan membagi hidup, tindakan-tindakannya kadang kita tidak mengerti karena kita tidak cukup tahu tentang mereka…! Mencari teman itu mudah bahkan sangat mudah..
Sahabat…??? Sebuah persahabatan sangat bermakna dalam hidupku, aku bisa mengerti arti sahabat dari seseorang yang telah pergi dari kehidupanku...! buat aku sahabat ibarat ‘mata dan tangan’ disaat mata menangis tangan membantu menghapus air mata, dan disaat tangan terluka mata akan menangis. Persahabatan tidak terjalin secara otomatis tapi memerlukan proses yang cukup panjang. Proses dari teman menjadi sahabat membutuhkan waktu yang cukup lama dan usaha dari kesetiaan, bukan disaat kita membutuhkan bantuan barulah kitamemiliki motivasi mencari perhatian. Seorang sahabat dapat mengisi kekosongan di hati kita, membuat hari yang kita lalui menjadi indah, dapat membuat kita lebih berarti, dapat memberi kepada kita arahan serta dorongan disaat orang lain menertawakan kita. Sahabat itu orang yang dengan kelapangan hatinya bisa mengerti kita, dengan keterbukaan tangannya bisa menerima kita apa adanya tanpa pernah berusaha mempengaruhi apalagi mengubah keadaan kita.
Persahabatan itu indah, kasih sayang seorang sahabat dapat menggantikan di saat jauh dari pelukan ayah dan ibu, kasih saying seorang sahabat dapat dijadikan obat disaat kita menangis, sedih dan bersandar. Tidak mudah untuk mendapatkan sahabat sejati, benar-benar bersahabat dengan hati yang tulus dan ikhlas dapat mencari arti persahabatan sejati. Sahabat sejati lahir dari kebersamaan tumbuh dengan kejujuran berjalan dengan kepercayaan dewasa tanpa keegoisan matang lewat pengorbanan dan ketika jauh berbuah kerinduan..

Jumat, 20 Juni 2008

Kedudukan Perempuan Dalam Islam

Salah satu tema utama sekaligus prinsip pokok dalam ajaran Islam adalah persamaan antara manusia, baik antara lelaki dan perempuan maupun antar bangsa, suku dan keturunan. Perbedaan yang digarisbawahi dan yang kemudian meninggikan atau merendahkan seseorang hanyalah nilai pengabdian dan ketakwaannya kepada Tuhan Yang Mahaesa.
"Wahai seluruh manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (terdiri) dari lelaki dan perempuan dan Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal, sesungguhnya yang termulia di antara kamu adalah yang paling bertakwa". (QS 49: 13).
Kedudukan perempuan dalam pandangan ajaran Islam tidak sebagaimana diduga atau dipraktekkan sementara masyarakat. Ajaran Islam pada hakikatnya memberikan perhatian yang sangat besar serta kedudukan terhormat kepada perempuan.
Muhammad Al-Ghazali, salah seorang ulama besar Islam kontemporer berkebangsaan Mesir, menulis: "Kalau kita mengembalikan pandangan ke masa sebelum seribu tahun, maka kita akan menemukan perempuan menikmati keistimewaan dalam bidang materi dan sosial yang tidak dikenal oleh perempuan-perempuan di kelima benua. Keadaan mereka ketika itu lebih baik dibandingkan dengan keadaan perempuan-perempuan Barat dewasa ini, asal saja kebebasan dalam berpakaian serta pergaulan tidak dijadikan bahan perbandingan."
Almarhum Mahmud Syaltut, mantan Syaikh (pemimpin tertinggi) lembaga-lembaga Al-Azhar di Mesir, menulis: "Tabiat kemanusiaan antara lelaki dan perempuan hampir dapat (dikatakan) sama. Allah telah menganugerahkan kepada perempuan sebagaimana menganugerahkan kepada lelaki. Kepada mereka berdua dianugerahkan Tuhan potensi dan kemampuan yang cukup untuk memikul tanggung jawab dan yang menjadikan kedua jenis kelamin ini dapat melaksanakan aktivitas-aktivitas yang bersifat umum maupun khusus. Karena itu, hukum-hukum Syari'at pun meletakkan keduanya dalam satu kerangka. Yang ini (lelaki) menjual dan membeli, mengawinkan dan kawin, melanggar dan dihukum, menuntut dan menyaksikan, dan yang itu (perempuan) juga demikian, dapat menjual dan membeli, mengawinkan dan kawin, melanggar dan dihukum serta menuntut dan menyaksikan."
Banyak faktor yang telah mengaburkan keistimewaan serta memerosotkan kedudukan tersebut. Salah satu di antaranya adalah kedangkalan pengetahuan keagamaan, sehingga tidak jarang agama (Islam) diatasnamakan untuk pandangan dan tujuan yang tidak dibenarkan itu.
Berikut ini akan dikemukakan pandangan sekilas yang bersumber dari pemahaman ajaran Islam menyangkut perempuan, dari segi (1) asal kejadiannya, dan (2) hak-haknya dalam berbagai bidang.
Asal Kejadian Perempuan
Berbedakah asal kejadian perempuan dari lelaki? Apakah perempuan diciptakan oleh tuhan kejahatan ataukah mereka merupakan salah satu najis (kotoran) akibat ulah setan? Benarkah yang digoda dan diperalat oleh setan hanya perempuan dan benarkah mereka yang menjadi penyebab terusirnya manusia dari surga?
Demikian sebagian pertanyaan yang dijawab dengan pembenaran oleh sementara pihak sehingga menimbulkan pandangan atau keyakinan yang tersebar pada masa pra-Islam dan yang sedikit atau banyak masih berbekas dalam pandangan beberapa masyarakat abad ke-20 ini.
Pandangan-pandangan tersebut secara tegas dibantah oleh Al-Quran, antara lain melalui ayat pertama surah Al-Nisa':
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari jenis yang sama dan darinya Allah menciptakan pasangannya dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan lelaki dan perempuan yang banyak.
Demikian Al-Quran menolak pandangan-pandangan yang membedakan (lelaki dan perempuan) dengan menegaskan bahwa keduanya berasal dari satu jenis yang sama dan bahwa dari keduanya secara bersama-sama Tuhan mengembangbiakkan keturunannya baik yang lelaki maupun yang perempuan.
Benar bahwa ada suatu hadis Nabi yang dinilai shahih (dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya) yang berbunyi:
Saling pesan-memesanlah untuk berbuat baik kepada perempuan, karena mereka diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok. (Diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim dan Tirmidzi dari sahabat Abu Hurairah).
Benar ada hadis yang berbunyi demikian dan yang dipahami secara keliru bahwa perempuan diciptakan dari tulang rusuk Adam, yang kemudian mengesankan kerendahan derajat kemanusiaannya dibandingkan dengan lelaki. Namun, cukup banyak ulama yang telah menjelaskan makna sesungguhnya dari hadis tersebut.
Muhammad Rasyid Ridha, dalam Tafsir Al-Manar, menulis: "Seandainya tidak tercantum kisah kejadian Adam dan Hawa dalam Kitab Perjanjian Lama (Kejadian II;21) dengan redaksi yang mengarah kepada pemahaman di atas, niscaya pendapat yang keliru itu tidak pernah akan terlintas dalam benak seorang Muslim."
Tulang rusuk yang bengkok harus dipahami dalam pengertian majazi (kiasan), dalam arti bahwa hadis tersebut memperingatkan para lelaki agar menghadapi perempuan dengan bijaksana. Karena ada sifat, karakter, dan kecenderungan mereka yang tidak sama dengan lelaki, hal mana bila tidak disadari akan dapat mengantar kaum lelaki untuk bersikap tidak wajar. Mereka tidak akan mampu mengubah karakter dan sifat bawaan perempuan. Kalaupun mereka berusaha akibatnya akan fatal, sebagaimana fatalnya meluruskan tulang rusuk yang bengkok.
Memahami hadis di atas seperti yang telah dikemukakan di atas, justru mengakui kepribadian perempuan yang telah menjadi kodrat (bawaan)-nya sejak lahir.
Dalam Surah Al-Isra' ayat 70 ditegaskan bahwa:
Sesungguhnya Kami telah memuliakan anak-anak Adam. Kami angkut mereka di daratan dan di lautan (untuk memudahkan mencari kehidupan). Kami beri mereka rezeki yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk-makhluk yang Kami ciptakan.
Tentu, kalimat anak-anak Adam mencakup lelaki dan perempuan, demikian pula penghormatan Tuhan yang diberikan-Nya itu, mencakup anak-anak Adam seluruhnya, baik perempuan maupun lelaki. Pemahaman ini dipertegas oleh ayat 195 surah Ali'Imran yang menyatakan: Sebagian kamu adalah bagian dari sebagian yang lain, dalam arti bahwa "sebagian kamu (hai umat manusia yakni lelaki) berasal dari pertemuan ovum perempuan dan sperma lelaki dan sebagian yang lain (yakni perempuan) demikian juga halnya." Kedua jenis kelamin ini sama-sama manusia. Tak ada perbedaan antara mereka dari segi asal kejadian dan kemanusiaannya.
Dengan konsideran ini, Tuhan mempertegas bahwa:
Sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal, baik lelaki maupun perempuan (QS 3:195).
Pandangan masyarakat yang mengantar kepada perbedaan antara lelaki dan perempuan dikikis oleh Al-Quran. Karena itu, dikecamnya mereka yang bergembira dengan kelahiran seorang anak lelaki tetapi bersedih bila memperoleh anak perempuan:
Dan apabila seorang dari mereka diberi kabar dengan kelahiran anak perempuan, hitam-merah padamlah wajahnya dan dia sangat bersedih (marah). Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak disebabkan "buruk"-nya berita yang disampaikan kepadanya itu. (Ia berpikir) apakah ia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup). Ketahuilah! Alangkah buruk apa yang mereka tetapkan itu (QS 16:58-59).
Ayat ini dan semacamnya diturunkan dalam rangka usaha Al-Quran untuk mengikis habis segala macam pandangan yang membedakan lelaki dengan perempuan, khususnya dalam bidang kemanusiaan.
Dari ayat-ayat Al-Quran juga ditemukan bahwa godaan dan rayuan Iblis tidak hanya tertuju kepada perempuan (Hawa) tetapi juga kepada lelaki. Ayat-ayat yang membicarakan godaan, rayuan setan serta ketergelinciran Adam dan Hawa dibentuk dalam kata yang menunjukkan kebersamaan keduanya tanpa perbedaan, seperti:
Maka setan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya ... (QS 7:20).
Lalu keduanya digelincirkan oleh setan dari surga itu dan keduanya dikeluarkan dari keadaan yang mereka (nikmati) sebelumnya ... (QS 2:36).
Kalaupun ada yang berbentuk tunggal, maka itu justru menunjuk kepada kaum lelaki (Adam), yang bertindak sebagai pemimpin terhadap istrinya, seperti dalam firman Allah:
Kemudian setan membisikkan pikiran jahat kepadanya (Adam) dan berkata: "Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepadamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan punah?" (QS 20:120).
Demikian terlihat bahwa Al-Quran mendudukkan perempuan pada tempat yang sewajarnya serta meluruskan segala pandangan yang salah dan keliru yang berkaitan dengan kedudukan dan asal kejadiannya.
Hak-hak Perempuan
Al-Quran berbicara tentang perempuan dalam berbagai ayatnya. Pembicaraan tersebut menyangkut berbagai sisi kehidupan. Ada ayat yang berbicara tentang hak dan kewajibannya, ada pula yang menguraikan keistimewaan-keistimewaan tokoh-tokoh perempuan dalam sejarah agama atau kemanusiaan.
Secara umum surah Al-Nisa' ayat 32, menunjuk kepada hak-hak perempuan:
Bagi lelaki hak (bagian) dari apa yang dianugerahkan kepadanya dan bagi perempuan hak (bagian) dari apa yang dianugerahkan kepadanya.
Berikut ini akan dikemukakan beberapa hak yang dimiliki oleh kaum perempuan menurut pandangan ajaran Islam.
Hak-hak Perempuan dalam Bidang Politik
Salah satu ayat yang seringkali dikemukakan oleh para pemikir Islam dalam kaitan dengan hak-hak politik kaum perempuan adalah yang tertera dalam surah Al-Tawbah ayat 71:
Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka adalah awliya' bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh untuk mengerjakan yang ma'ruf, mencegah yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah. Sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.
Secara umum, ayat di atas dipahami sebagai gambaran tentang kewajiban melakukan kerja sama antarlelaki dan perempuan dalam berbagai bidang kehidupan yang dilukiskan dengan kalimat menyuruh mengerjakan yang ma'ruf dan mencegah yang munkar.
Kata awliya', dalam pengertiannya, mencakup kerja sama, bantuan dan penguasaan, sedang pengertian yang dikandung oleh "menyuruh mengerjakan yang ma'ruf" mencakup segala segi kebaikan atau perbaikan kehidupan, termasuk memberi nasihat (kritik) kepada penguasa. Dengan demikian, setiap lelaki dan perempuan Muslimah hendaknya mampu mengikuti perkembangan masyarakat agar masing-masing mereka mampu melihat dan memberi saran (nasihat) dalam berbagai bidang kehidupan.
Keikutsertaan perempuan bersama dengan lelaki dalam kandungan ayat di atas tidak dapat disangkal, sebagaimana tidak pula dapat dipisahkan kepentingan perempuan dari kandungan sabda Nabi Muhamad saw.:
Barangsiapa yang tidak memperhatikan kepentingan (urusan) kaum Muslim, maka ia tidak termasuk golongan mereka.
Kepentingan (urusan) kaum Muslim mencakup banyak sisi yang dapat menyempit atau meluas sesuai dengan latar belakang pendidikan seseorang, tingkat pendidikannya. Dengan demikian, kalimat ini mencakup segala bidang kehidupan termasuk bidang kehidupan politik.
Di sisi lain, Al-Quran juga mengajak umatnya (lelaki dan perempuan) untuk bermusyawarah, melalui pujian Tuhan kepada mereka yang selalu melakukannya.
Urusan mereka (selalu) diputuskan dengan musyawarah (QS 42:38).
Ayat ini dijadikan pula dasar oleh banyak ulama untuk membuktikan adanya hak berpolitik bagi setiap lelaki dan perempuan.
Syura (musyawarah) telah merupakan salah satu prinsip pengelolaan bidang-bidang kehidupan bersama menurut Al-Quran, termasuk kehidupan politik, dalam arti setiap warga masyarakat dalam kehidupan bersamanya dituntut untuk senantiasa mengadakan musyawarah.
Atas dasar ini, dapat dikatakan bahwa setiap lelaki maupun perempuan memiliki hak tersebut, karena tidak ditemukan satu ketentuan agama pun yang dapat dipahami sebagai melarang keterlibatan perempuan dalam bidang kehidupan bermasyarakat --termasuk dalam bidang politik. Bahkan sebaliknya, sejarah Islam menunjukkan betapa kaum perempuan terlibat dalam berbagai bidang kemasyarakatan, tanpa kecuali.
Al-Quran juga menguraikan permintaan para perempuan pada zaman Nabi untuk melakukan bay'at (janji setia kepada Nabi dan ajarannya), sebagaimana disebutkan dalam surah Al-Mumtahanah ayat 12.
Sementara, pakar agama Islam menjadikan bay'at para perempuan itu sebagai bukti kebebasan perempuan untuk menentukan pilihan atau pandangannya yang berkaitan dengan kehidupan serta hak mereka. Dengan begitu, mereka dibebaskan untuk mempunyai pilihan yang berbeda dengan pandangan kelompok-kelompok lain dalam masyarakat, bahkan terkadang berbeda dengan pandangan suami dan ayah mereka sendiri.
Harus diakui bahwa ada sementara ulama yang menjadikan firman Allah dalam surah Al-Nisa' ayat 34, Lelaki-lelaki adalah pemimpin perempuan-perempuan... sebagai bukti tidak bolehnya perempuan terlibat dalam persoalan politik. Karena --kata mereka-- kepemimpinan berada di tangan lelaki, sehingga hak-hak berpolitik perempuan pun telah berada di tangan mereka. Pandangan ini bukan saja tidak sejalan dengan ayat-ayat yang dikutip di atas, tetapi juga tidak sejalan dengan makna sebenarnya yang diamanatkan oleh ayat yang disebutkan itu.
Ayat Al-Nisa' 34 itu berbicara tentang kepemimpinan lelaki (dalam hal ini suami) terhadap seluruh keluarganya dalam bidang kehidupan rumah tangga. Kepemimpinan ini pun tidak mencabut hak-hak istri dalam berbagai segi, termasuk dalam hak pemilikan harta pribadi dan hak pengelolaannya walaupun tanpa persetujuan suami.
Kenyataan sejarah menunjukkan sekian banyak di antara kaum wanita yang terlibat dalam soal-soal politik praktis. Ummu Hani misalnya, dibenarkan sikapnya oleh Nabi Muhammad saw. ketika memberi jaminan keamanan kepada sementara orang musyrik (jaminan keamanan merupakan salah satu aspek bidang politik). Bahkan istri Nabi Muhammad saw. sendiri, yakni Aisyah r.a., memimpin langsung peperangan melawan 'Ali ibn Abi Thalib yang ketika itu menduduki jabatan Kepala Negara. Isu terbesar dalam peperangan tersebut adalah soal suksesi setelah terbunuhnya Khalifah Ketiga, Utsman r.a.
Peperangan itu dikenal dalam sejarah Islam dengan nama Perang Unta (656 M). Keterlibatan Aisyah r.a. bersama sekian banyak sahabat Nabi dan kepemimpinannya dalam peperangan itu, menunjukkan bahwa beliau bersama para pengikutnya itu menganut paham kebolehan keterlibatan perempuan dalam politik praktis sekalipun.
Hak-hak Perempuan dalam Memilih Pekerjaan
Kalau kita kembali menelaah keterlibatan perempuan dalam pekerjaan pada masa awal Islam, maka tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa Islam membenarkan mereka aktif dalam berbagai aktivitas. Para wanita boleh bekerja dalam berbagai bidang, di dalam ataupun di luar rumahnya, baik secara mandiri atau bersama orang lain, dengan lembaga pemerintah maupun swasta, selama pekerjaan tersebut dilakukannya dalam suasana terhormat, sopan, serta selama mereka dapat memelihara agamanya, serta dapat pula menghindari dampak-dampak negatif dari pekerjaan tersebut terhadap diri dan lingkungannya.
Secara singkat, dapat dikemukakan rumusan menyangkut pekerjaan perempuan yaitu bahwa "perempuan mempunyai hak untuk bekerja, selama pekerjaan tersebut membutuhkannya dan atau selama mereka membutuhkan pekerjaan tersebut".
Pekerjaan dan aktivitas yang dilakukan oleh perempuan pada masa Nabi cukup beraneka ragam, sampai-sampai mereka terlibat secara langsung dalam peperangan-peperangan, bahu-membahu dengan kaum lelaki. Nama-nama seperti Ummu Salamah (istri Nabi), Shafiyah, Laila Al-Ghaffariyah, Ummu Sinam Al-Aslamiyah, dan lain-lain, tercatat sebagai tokoh-tokoh yang terlibat dalam peperangan. Ahli hadis, Imam Bukhari, membukukan bab-bab dalam kitab Shahih-nya, yang menginformasikan kegiatan-kegiatan kaum wanita, seperti Bab Keterlibatan Perempuan dalam Jihad, Bab Peperangan Perempuan di Lautan, Bab Keterlibatan Perempuan Merawat Korban, dan lain-lain.
Di samping itu, para perempuan pada masa Nabi saw. aktif pula dalam berbagai bidang pekerjaan. Ada yang bekerja sebagai perias pengantin, seperti Ummu Salim binti Malhan yang merias, antara lain, Shafiyah bin Huyay --istri Nabi Muhammad saw. Ada juga yang menjadi perawat atau bidan, dan sebagainya.
Dalam bidang perdagangan, nama istri Nabi yang pertama, Khadijah binti Khuwailid, tercatat sebagai seorang yang sangat sukses. Demikian juga Qilat Ummi Bani Anmar yang tercatat sebagai seorang perempuan yang pernah datang kepada Nabi untuk meminta petunjuk-petunjuk dalam bidang jual-beli. Dalam kitab Thabaqat Ibnu Sa'ad, kisah perempuan tersebut diuraikan, di mana ditemukan antara lain pesan Nabi kepadanya menyangkut penetapan harga jual-beli. Nabi memberi petunjuk kepada perempuan ini dengan sabdanya:
Apabila Anda akan membeli atau menjual sesuatu, maka tetapkanlah harga yang Anda inginkan untuk membeli atau menjualnya, baik kemudian Anda diberi atau tidak. (Maksud beliau jangan bertele-tele dalam menawar atau menawarkan sesuatu).
Istri Nabi saw., Zainab binti Jahsy, juga aktif bekerja sampai pada menyamak kulit binatang, dan hasil usahanya itu beliau sedekahkan. Raithah, istri sahabat Nabi Abdullah ibn Mas'ud, sangat aktif bekerja, karena suami dan anaknya ketika itu tidak mampu mencukupi kebutuhan hidup keluarga ini. Al-Syifa', seorang perempuan yang pandai menulis, ditugaskan oleh Khalifah Umar r.a. sebagai petugas yang menangani pasar kota Madinah.
Demikian sedikit dari banyak contoh yang terjadi pada masa Rasul saw. dan sahabat beliau menyangkut keikutsertaan perempuan dalam berbagai bidang usaha dan pekerjaan. Di samping yang disebutkan di atas, perlu juga digarisbawahi bahwa Rasul saw. banyak memberi perhatian serta pengarahan kepada perempuan agar menggunakan waktu sebaik-baiknya dan mengisinya dengan pekerjaan-pekerjaan yang bermanfaat. Dalam hal ini, antara lain, beliau bersabda:
Sebaik-baik "permainan" seorang perempuan Muslimah di dalam rumahnya adalah memintal/menenun. (Hadis diriwayatkan oleh Abu Nu'aim dari Abdullah bin Rabi' Al-Anshari).
Aisyah r.a. diriwayatkan pernah berkata: "Alat pemintal di tangan perempuan lebih baik daripada tombak di tangan lelaki."
Tentu saja tidak semua bentuk dan ragam pekerjaan yang terdapat pada masa kini telah ada pada masa Nabi saw. Namun, sebagaimana telah diuraikan di atas, ulama pada akhirnya menyimpulkan bahwa perempuan dapat melakukan pekerjaan apa pun selama ia membutuhkannya atau pekerjaan itu membutuhkannya dan selama norma-norma agama dan susila tetap terpelihara.
Dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh setiap orang, termasuk kaum wanita, mereka mempunyai hak untuk bekerja dan menduduki jabatan jabatan tertinggi. Hanya ada jabatan yang oleh sementara ulama dianggap tidak dapat diduduki oleh kaum wanita, yaitu jabatan Kepala Negara (Al-Imamah Al-'Uzhma) dan Hakim. Namun, perkembangan masyarakat dari saat ke saat mengurangi pendukung larangan tersebut, khususnya menyangkut persoalan kedudukan perempuan sebagai hakim.
Dalam beberapa kitab hukum Islam, seperti Al-Mughni, ditegaskan bahwa "setiap orang yang memiliki hak untuk melakukan sesuatu, maka sesuatu itu dapat diwakilkannya kepada orang lain, atau menerima perwakilan dari orang lain". Atas dasar kaidah itu, Dr. Jamaluddin Muhammad Mahmud berpendapat bahwa berdasarkan kitab fiqih, bukan sekadar pertimbangan perkembangan masyarakat kita jika kita menyatakan bahwa perempuan dapat bertindak sebagai pembela dan penuntut dalam berbagai bidang.
Hak dan Kewajiban Belajar
Terlalu banyak ayat Al-Quran dan hadis Nabi saw. yang berbicara tentang kewajiban belajar, baik kewajiban tersebut ditujukan kepada lelaki maupun perempuan. Wahyu pertama dari Al-Quran adalah perintah membaca atau belajar,
Bacalah demi Tuhanmu yang telah menciptakan... Keistimewaan manusia yang menjadikan para malaikat diperintahkan sujud kepadanya adalah karena makhluk ini memiliki pengetahuan (QS 2:31-34).
Baik lelaki maupun perempuan diperintahkan untuk menimba ilmu sebanyak mungkin, mereka semua dituntut untuk belajar:
Menuntut ilmu adalah kewajiban setiap Muslim (dan Muslimah).
Para perempuan di zaman Nabi saw. menyadari benar kewajiban ini, sehingga mereka memohon kepada Nabi agar beliau bersedia menyisihkan waktu tertentu dan khusus untuk mereka dalam rangka menuntut ilmu pengetahuan. Permohonan ini tentu saja dikabulkan oleh Nabi saw.
Al-Quran memberikan pujian kepada ulu al-albab, yang berzikir dan memikirkan tentang kejadian langit dan bumi. Zikir dan pemikiran menyangkut hal tersebut akan mengantar manusia untuk mengetahui rahasia-rahasia alam raya ini, dan hal tersebut tidak lain dari pengetahuan. Mereka yang dinamai ulu al-albab tidak terbatas pada kaum lelaki saja, tetapi juga kaum perempuan. Hal ini terbukti dari ayat yang berbicara tentang ulu al-albab yang dikemukakan di atas. Setelah Al-Quran menguraikan tentang sifat-sifat mereka, ditegaskannya bahwa:
Maka Tuhan mereka mengabulkan permohonan mereka dengan berfirman: "Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik lelaki maupun perempuan..." (QS 3:195).
Ini berarti bahwa kaum perempuan dapat berpikir, mempelajari dan kemudian mengamalkan apa yang mereka hayati dari zikir kepada Allah serta apa yang mereka ketahui dari alam raya ini. Pengetahuan menyangkut alam raya tentunya berkaitan dengan berbagai disiplin ilmu, sehingga dari ayat ini dapat dipahami bahwa perempuan bebas untuk mempelajari apa saja, sesuai dengan keinginan dan kecenderungan mereka masing-masing.
Banyak wanita yang sangat menonjol pengetahuannya dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan dan yang menjadi rujukan sekian banyak tokoh lelaki. Istri Nabi, Aisyah r.a., adalah seorang yang sangat dalam pengetahuannya serta dikenal pula sebagai kritikus. Sampai-sampai dikenal secara sangat luas ungkapan yang dinisbahkan oleh sementara ulama sebagai pernyataan Nabi Muhammad saw.:
Ambillah setengah pengetahuan agama kalian dari Al-Humaira' (Aisyah).
Demikian juga Sayyidah Sakinah putri Al-Husain bin Ali bin Abi Thalib. Kemudian Al-Syaikhah Syuhrah yang digelari Fakhr Al-Nisa' (Kebanggaan Perempuan) adalah salah seorang guru Imam Syafi'i (tokoh mazhab yang pandangan-pandangannya menjadi anutan banyak umat Islam di seluruh dunia), dan masih banyak lagi lainnya.
Imam Abu Hayyan mencatat tiga nama perempuan yang menjadi guru-guru tokoh mazhab tersebut, yaitu Mu'nisat Al-Ayyubiyah (putri Al-Malik Al-Adil saudara Salahuddin Al-Ayyubi), Syamiyat Al-Taimiyah, dan Zainab putri sejarahwan Abdul-Latif Al-Baghdadi. Kemudian contoh wanita-wanita yang mempunyai kedudukan ilmiah yang sangat terhormat adalah Al-Khansa', Rabi'ah Al-Adawiyah, dan lain-lain.
Rasul saw. tidak membatasi anjuran atau kewajiban belajar hanya terhadap perempuan-perempuan merdeka (yang memiliki status sosial yang tinggi), tetapi juga para budak belian dan mereka yang berstatus sosial rendah. Karena itu, sejarah mencatat sekian banyak perempuan yang tadinya budak belian mencapai tingkat pendidikan yang sangat tinggi.
Al-Muqarri, dalam bukunya Nafhu Al-Thib, sebagaimana dikutip oleh Dr. Abdul Wahid Wafi, memberitakan bahwa Ibnu Al-Mutharraf, seorang pakar bahasa pada masanya, pernah mengajarkan seorang perempuan liku-liku bahasa Arab. Sehingga sang wanita pada akhirnya memiliki kemampuan yang melebihi gurunya sendiri, khususnya dalam bidang puisi, sampai ia dikenal dengan nama Al-Arudhiyat karena keahliannya dalam bidang ini.
Harus diakui bahwa pembidangan ilmu pada masa awal Islam belum lagi sebanyak dan seluas masa kita dewasa ini. Namun, Islam tidak membedakan antara satu disiplin ilmu dengan disiplin ilmu lainnya, sehingga seandainya mereka yang disebut namanya di atas hidup pada masa kita ini, maka tidak mustahil mereka akan tekun pula mempelajari disiplin-disiplin ilmu yang berkembang dewasa ini.
Dalam hal ini, Syaikh Muhammad 'Abduh menulis: "Kalaulah kewajiban perempuan mempelajari hukum-hukum agama kelihatannya amat terbatas, maka sesungguhnya kewajiban mereka untuk mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan rumah tangga, pendidikan anak, dan sebagainya yang merupakan persoalan-persoalan duniawi (dan yang berbeda sesuai dengan perbedaan waktu, tempat dan kondisi) jauh lebih banyak daripada soal-soal keagamaan."
Demikian sekilas menyangkut hak dan kewajiban perempuan dalam bidang pendidikan.
Tentunya masih banyak lagi yang dapat dikemukakan menyangkut hak-hak kaum perempuan dalam berbagai bidang. Namun, kesimpulan akhir yang dapat ditarik adalah bahwa mereka, sebagaimana sabda Rasul saw., adalah Syaqa'iq Al-Rijal (saudara-saudara sekandung kaum lelaki) sehingga kedudukannya serta hak-haknya hampir dapat dikatakan sama. Kalaupun ada yang membedakan, maka itu hanyalah akibat fungsi dan tugas-tugas utama yang dibebankan Tuhan kepada masing-masing jenis kelamin itu, sehingga perbedaan yang ada tidak mengakibatkan yang satu merasa memiliki kelebihan atas yang lain:
Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain, karena bagi lelaki ada bagian dari apa yang mereka peroleh (usahakan) dan bagi perempuan juga ada bagian dari apa yang mereka peroleh (usahakan) dan bermohonlah kepada Allah dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu (QS 4:32). Maha Benar Allah dalam segala firman-Nya

Jumat, 13 Juni 2008

Beauty and The Beast

Beauty and the beast, kali ini bukan untuk membahas lagu atau film dari negeri Barat sana yang sudah kondang. Tapi kali ini kita akan membahas kecantikan versus keburukan. Why…? Supaya kita bisa membedakan mana cantik betulan dan mana yang palsu atau beast yang dibungkus sedemikian rupa sehingga kehilangan bentuk aslinya dan terlihat cantik semu.

Beauty, perempuan mana yang tidak mau disebut beautiful? Pasti deh hidungmu akan kembang kempis kalo ada yang mengatakan how beautiful you are… apalagi kalo bodi menunjang dengan tubuh yang semampai, langsing, putih dan rambut lurus indah terurai. Kamu pun akan jadi percaya diri seratus persen bila ada yang memuji bahwa kamu terlihat cantik dengan modal sedemikian rupa. Sudah tidak teringat lagi kalo itu semua Cuma rayuan gombal yang basi dan pasti ada maunya.

Sedangkan bagi kamu yang tidak punya cirri-ciri diatas, pasti Cuma manyun karena merasa diri tidak cantik. Dimana tubuh kalo tidak kurus pastilah gemuk, kulit coklat kusam plus rambut yang keriting. Duh, seakan-akan kelahiranmu di dunia menjadi sebuah kutukan dengan penampilan seperti ini, kamu merasa menjadi perempuan paling merana sedunia karena tidak ada sedikit pun criteria cantik yang bisa dibanggakan. Tapi apa iya sich, defenisi cantik Cuma yang seperti diatas…???

Cantik yang bagaimanakah???

Beauty is in the eye of the beholder. Kecantikan itu tergantung siapa yang melihat dan menilai. Di jaman kaisar Romawi dulu, perempuan cantik adalah yang bertubuh gendut dan subur. Kalo tidak percaya, coba lihat buku komik koleksimu, yang jadi primadona kebanyakan adalah perempuan bertubuh subur dan bukannya si kurus kering. Perempuan kurus dianggap kurang gizi dan tidak menarik. Seiring perkembangan waktu, kriteria cantik menjadi berubah, karena manusia terutama perempuan mempunyai kecenderungan mudah menjadi gemuk daripada kurus, maka ada pihak-pihak tertentu melihat peluang ini. Diciptakanlah stereotip perempuan cantik itu dengan tubuh yang langsing cenderung kurus. Model-model iklan dan peragawati adalah ikon untuk mengopinikan bagaimana menjadi perempuan cantik. Berlomba-lombalah perempuan seluruh dunia meniru ikon itu. Obat pencahar dengan berbagai merek laris manis diserbu perempuan supaya dirinya bisa menjadi langsing dan kurus.

Barbie adalah gambaran sempurna tentang sosok perempuan ideal dalam bentuk boneka. Tubuh ramping, bagian pinggul bak gitar spanyol, hidung mancung, mata biru, bibir tipis, kulit putih dan rambut pirang. Perempuan seluruh dunia pun berlomba-lomba meniru sosok ini tak peduli dengan cara apapun. Jadilah laris manis obat pelurus rambut, pemutih kulit, pelangsing tubuh hingga dokter bedah untuk kecantikan.

Perempuan gendut dengan kulit coklat atau hitam dicitrakan sebagai perempuan jelek di banyak film-film produksi dalam dan luar negeri. Diopinikan dengan gencar agar para perempuan merasa malu menjadi gendut dan berkulit yang tidak putih. Jadilah para perempuan bukan lagi sibuk mengurus akhlak, upgrade pemikiran, dan iman tapi malah pusing memikirkan berat badan, kosmetik terbaru apa yang lagi in, atau baju model apa yang lagi musim. Bagi yang berduit operasi plastik memancungkan hidung, sedot lemak, menghilangkan kerut wajah hingga (maaf) payudara pun dipermak disana sini. Tujuannya, tampil cantik secara fisik. Padahal, kecantikan fisik sama sekali tidak berbanding lurus dengan kecantikan akhlak dan sikap. Seperti inikah gambaran cantik yang kita inginkan...?

Siapakah si cantik (beauty) ?

Si cantik atau the beauty adalah seseorang yang padanya terpancar kecantikan alami dan sejati. Bukan cantik yang pura-pura dengan memakai topeng kosmetik atau pun kesemuan yang pasti akan luntur.

Si cantik ini adalah yang mempunyai beauty luar dalam dengan bukti akhlak yang baik, otak yang cerdas dan paling utama adalah iman yang mantap. Kamu bakal bisa merasakan seseorang itu cantik ketika kamu merasa damai di dekatnya. Kamu tidak bakal terluka karena pedasnya perkataan. Sebaliknya kamu akan merasa selalu bisa introspeksi dengannya. Kulit si cantik selalu terlindung dibalik kain kerudung dan jilbabnya. Hanya laki-laki yang bertanggung jawab saja yang mampu menyibak pesona kecantikan alami di baliknya. Bukan tropi kuningan, segepok rupiah atau pun secarik kertas penghargaan. Tapi nilai kecantikan perempuan ini adalah dunia-akhirat, tak ada harta dunia yang mampu membelinya.

Biar kata secara fisik tidak cantik menurut pendapat orang, perempuan jenis ini tidak pernah ambil pusing. Kurus atau pun gendut bukan masalah besar lagi asalkan pola hidup sehat telah dijalankan. Karena tidak dipungkiri ada perempuan yang membawa gen keluarga yang memang bertubuh gendut meski pola makannya sedikit. Begitu pula sebaliknya, ada perempuan yang sulit gemuk meski sudah berusaha makan banyak.

Kulit tidak harus putih asal selalu ditutup dengan sempurna sesuai perintah Allah. Hidung pesek, bibir yang tidak setipis bibirnya cindy crawford, dan dagu yang sederhana itu semua tidak masalah sama sekali. Bahkan maha sempurna Allah yang maha tahu proporsi ideal wajah perempuan. Meski pesek tapi masih terlihat manis apalagi dengan ghodul bashor-nya (menundukkan pandangan) mata karena taqwa. Bibir meski tidak tipis tapi selalu basah dengan dzikrullah dan kalimat yang baik menjadikannya terlihat indah.

Sungguh kecantikan alami akan terpancar dari perempuan semacam ini. Bila ada senyum terukir, bukan demi gelar acara beauty pegeant. Tapi semata-mata keramahan tulus yang hadir bernilai sedekah dan menuai pahala. Pancaran matanya bening bukan genit. Ayunan langkahnya ringan ke majelis-majelis ilmu dan dakwah. Cantik jenis ini tidak akan pernah lekang dimakan usia dan zaman. Jadi meskipun satu ketika nanti masa muda pergi dan digantikan oleh masa tua, perempuan ini akan tetap terlihat cantik di mata siapa pun yang memandang. Yang begini ini uang pantas disebut inner beauty sejati.



Siapakah si jelek (beast) ?

Si jelek atau the beast adalah mereka yang mempunyai kecantikan semu dan penuh kepura-puraan. Kecantikan yang terpancar darinya Cuma sebatas permukaan dan penuh dengan polesan di sana-sini. Semua yang ada di dirinya serba palsu, ya senyumnya, ya ketulusannya dan lain-lain. Mereka ini ibarat manekin yang bisa berjalan. Tahu kan apa itu manekin ? boneka cantik yang biasa dipajang di toko-toko baju, diam tak bergerak, tak punya otak, namanya juga benda mati.

Kecantikan jenis ini sangat suka dengan kilatan kamera dan rekaman video. Setiap inci senyumannya ada yang nge-shoot. Tanpaitu semua tidak bakal dia mau senyum ataupun berbuat baik pada sesama. Demi sekedar mendapat pengakuan cantik, cewek-cewek seperti ini merasa perlu mengikuti berbagai jenis beauty pageant untuk mendapat pengakuan dari para juri. Kasihan banget khan, hanya sekedar untuk mendapat predikat putri tercantik, para cewek ini kudu obral harga diri. Aurat diumbar kemana-mana, rasa malu sudah tergadaikan karena gepokan rupiah dan iming-iming ketenaran nama.

Jadi kamu jangan terkecoh dengan kecantikan jenis yang ini. Selain tidak rill, kecantikan ini juga tidak tahan lama. Berapa sih usia seseorang mampu bertahan dengan kulit mulus dan kencang ? Beberapa tahun ke depan, kulit luar yang selalu dibangga-banggakan itu akan kendor dan keriput. Biar kata kr im awet muda merek apa pun yang dipakai, tidak pernah ada krim yang mapu melawan kodrat alam atau sunnatullah. Menjadi tua adalah satu kepastian yang tak mungkin ditolak siapa pun juga, kecuali kematian.

Kalo sudah omongin kematian, yang namanya kulit semulus apapun ia hanyalah onggokan benda mati yang segera menjadi santapan cacing tanah. Secantik dan semolek apa pun seorang perempuan, semulus dan sehalus apa pun kulitnya, itu semua tidak ada gunanya bila ajal telah menjemput. Bahkan di akhirat kelak, kulit cantik yang kerjaannya umbar aurat itu akan menjadi kulit terjelek yang pernah ada. Kulit itu akan dibakar di api neraka karena suka dipamerkan kepada laki-laki yang tidak berhak untuk menikmatinya.

Siapa di balik beauty and the beast...?

Seseuatu dibalik beauty sudah jelas dong. Islam sebagai ideology alias the way of life menciptakan perempuan-perempuan cantik luar dalam. Islam mampu menghasilkan perempuan berkualitas dalam posisinya sebagai manusia susunggunhya, bukan boneka dan bukan juga makhluk jadi-jadian. Maksudnya jadi-jadian adalah sosok yang tidak mengenali dirinya sendiri dan bahkan merasa asing dengan kepribadiannya sendiri. Itu semua bisa terjadi karena tidak pernah ada keraguan lagi bahwa islam berasal dari Yang Maha menciptakan dan mengetahui kapasitas manusia dalam kedudukannya sebagai hamba. Seluruh aturan hidup yang diberikannya untuk manusia termasuk hamba berjenis perempuan semuanya pas dan klop dengan kebutuhan perempuan sendiri. Sebagai missal perintah menutup aurat ternyata selaras dengan kebutuhan perempuan untuk melindungi kulit lembutnya dari sengatan matahari. Tidak perlu lagi membeli berbagai jenis krim tabir surya yang itu semua ujung-ujungnya menguntungkan pengusaha kapitalis. Tapi ingat, ketika kamu menutup aurat bukan karena supaya kulit menjadi sehat lho, tapi itu semua dijalankan sebagai bukti kepatuhan kita kepada Allah SWT. Sedangkan sesuatu di balik the beast adalah semua ideologi yang tidak sesuai dengan fitrah kemanusiaan, tidak memuaskan akal dan pastinya menggelisahkan jiwa. Ini semua dipenuhi oleh dua ideologi besar dunia yaitu kapitalisme dan sosialisme. Kapitalisme saat ini seakan-akan telah menguasai dunia dengan sekularisme yaitu memisahkan agama dari kehidupan.

Kapitalisme inilah biang kerok semua kerusakan di bumi termasuk hadirnya perempuan-perempuan sebagai the beast alias korban keserakahan para borjuis capital. Ideologi inilah yang menyulap perempuan lugu menjadi boneka-boneka manekin yang diberinya pakaian tapi telanjang. Tubuh perempuan yang seharusnya dilindungi malah diumbar auratnya kemana-mana demi mengangguk untung materi. Wajah perempuan juga tidak ubahnya badut dan topeng karena tebalnya lapisan kosmetik membelit kulit. Dari ujung rambut yang penuh semprotan hair spray hingga ujung kaki yang penuh coretan kuteks, menjadikan perempuan tak beda dengan seonggok benda mati.

Kejamnya perlakuan kapitalisme terhadap perempuan seperti gambaran di atas, tidakkah menggugah hati nurani dan akal kita untuk berontak? Cuma mayat hidup saja yang rela dirinya dan ketinggian martabatnya sebagai manusia diinjak-injak sedemikian rupa. Jadi, bila sudah tahu dampak buruk kapitalisme terhadap kehidupan, ayo kita sama-sama campakkan ideologi ini ke tong sampah peradaban. Kita ganti ideologi kapitalisme ini dengan islam. Yup, islam saja jawabannya. Kesimpulannya, ayo kita perjuangkan islam sebagai ideologi yang akan menggoyang dan mengubur kapitalisme yang sudah sekarat ini.

Memberi dan Mengambil

Pernahkah kita menyadari bahwa dalam diri kita bersemayam dua potensi yang saling bertolak belakang, yaitu memberi dan mengambil. Memberi adalah potensi yang menunjukkan bahwa kita mengandung energi dan mengalirkannya kepada sesuatu yang membeutuhkannya, sementara, mengambil adalah potensi yang menunjukkan bahwa kita kosong energi dan berusaha menyerapnya dari sesuatu yang memenuhi syarat bisa diserap.
Memberi kemudian menjelma menjadi cinta. Wujud dan definisi yang cukup pas dari proses bekerjanya kandungan dan aliran energi itu. Maka, selamanya cinta tak akan pernah mengambil, dia selalu memberi. Lihatlah cinta tulus mengalir ke dalam diri kita, tanpa pernah keduanya berusaha mengambil sesuatu dari anaknya. Simaklah cinta Tuhan kepada hamba-Nya. Dia seperti angina yang terus berhembus, menerpa, bahkan menghantam, sebagai wujud pemberian. Kita tahu, angina tak pernah mengambil apa-apa, sebagaimana kita tak pernah mampu memberi apa-apa kepadanya.
Tapi cobalah lihat nafsu, yang terus mencoba menyerap sesuatu dari apa saja yang memancar. Maka, nafsu selalu dalam posisi mengambil. Lihatlah nafsu teman pria/wanita kita yang berusaha mengambil sesuatu dari dalam dan luar diri kita. Simaklah nafsu angkara murka. Dia seperti mesin vacum raksasa yang terus menyedot, mengisap, bahkan membetot sebagai wujud mengambil; nyawa, harta, kasih saying, keluarga, kehormatan.
Maka ketika kita berada dalam posisi memberi, kitalah orang yang paling banyak memiliki cinta. Itulah alasan kenapa shalat ditegakkan, zakat ditunaikan, puasa dijalankan, dan amal ditingkatkan, tak ada hal lain yang mendasarinya kecuali cinta, karena sholat berarti memberi (waktu, tenaga, pikiran), zakat berarti memberi (harta), puasa berarti memberi (energi yang terkontrol). Mari bedakan dengan nafsu, yang pasti selalu berada di belakang alas an mengambil. Itulah alas an mengapa zina diharamkan, arak dijauhi, membunuh dilarang. Bukanlah tak ada hal lain yang mendasarinya kecuali nafsu, karena zina berarti mengambil (kehormatan), arak berarti mengambil (zat berbahaya), membunuh berarti mengambil (nyawa)……!!!
Renungkanlah memberi atau mengambilkah yang paling banyak kita lakukan dalam hidup kita…???

Jumat, 06 Juni 2008

Mulianya Seorang Perempuan di Mata Islam

By
 "Israwati Sarbia"

Wahai saudariku... engkau adalah bunga kehidupan, teramat sayang memperlakukanmu dengan kasar karena hal itu akan merusak keindahan yang ada dalam dirimu dan menodai kesempurnaannya sehingga menjadikannya layu tak berseri. Allah telah memuliakanmu, mensucikanmu dan mengangkat derajatmu dalam agama ini, karenanya raihlah ia dengan memupuk ketaatanmu pada-Nya, merajut benang-benang kehidupanmu diatas jalan Allah swt dan manhaj Rasul-Nya agar kebahagiaan tak pernah jemu menghampirimu. Ingatlah selalu firman-Nya ;
“ Dan barang siapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar “ (Al-Ahzab : 71)

Camkanlah selalu dalam hatimu, bahwa berjalan diatas kebenaran (sunnah) ibarat memegang bara api. Banyak aral dan rintangan yang menghalangimu. Lihatlah keluar, musuh kita bersatu padu untuk menghancurkan kita. Dengan segenap daya dan upaya mereka ingin agar kita melepaskan pakaian akhlak dan rasa malu dari diri kita, sehingga mereka lebih leluasa merongrong agama ini. Aku tidak ingin dirimu dan juga diriku (dengan izin Allah) menjadi korban serigala-serigala liar itu. Karena itu palingkan wajahmu dari mereka dan sambutlah dengan penuh suka cita jalan kebenaran yang ditawarkan Allah dan Rasul-Nya. Peganglah tali kendali itu dengan sekuat tenaga agar tidak jatuh dalam kehancuran. Buatlah mereka marah dan sedih dengan keteguhanmu berpegang pada agamamu, dengan menjaga rasa malulu dan beri’tizam dengan hijabmu.

Wahai saudariku.... Sesungguhnya mereka iri dengan apa yang kita miliki, perempuan-perempuan mereka telah terperosok jauh dalam kubangan dosa, kehinaan dan maksiat sehingga tidak ada lagi yang bisa diharapkan. Sedangkan engkau ??? Engkau adalah perempuan dengan berkedudukan tinggi karena Al-Qur’an, engkau mulia karena iman dan suci karena engkau berpegang teguh pada agama ini. Oleh karena itu engkau adalah mutiara yang teramat mahal, tidak sembarang orang boleh menyentuhnya apalagi menyakitinya. Itulah kelebihan dan keistimewaan yang tidak akan kau dapati selain dalam agama ini. Wahai saudariku....yang senantiasa sholat dan sujud kepada Dzat yang maha hidup dan terus menerus mengurus makhluknya, yang senantiasa menundukkan pandangan dan penglihatan untuk-Nya, cukuplah hadist Rasulullah ; 
“ Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita sholihah” (H.R. Muslim).

Wahai saudariku.... Engkau adalah sebaik-baik perhiasan dunia, engkau adalah harapan agama, yang diharapkan dapat melahirkan generasi robbani. Perhiasan itu tidak mudah didapat, harganya terlalu mahal dan menjaganya pun tidaklah mudah. Setiap abdi Allah ingin mendapatkannya namun tidak semua bisa memilikinya. Ia memberikan kesejukan dikala hati gersang dan menyegarkan pandangan di kala mata suram. Perhiasan dunia itu dalam kehidupannya senantiasa menampakkan kemuliaan dirinya. Bagaikan sekuntum mawar yang sedang mekar harumnya tergambar dari pribadinya yang santun, tunduk pandangannya, tegas bicaranya.

Wahai saudariku.... sedikitpun tidak ada keraguan jika meninggalkannya di rumah. Ia menjaga harta suaminya, mendidik anak-anaknya dan senantiasa menjaga kehormatan diri dan suaminya. Dalam kehidupan sehari-hari senantiasa diselimuti prestasi. Ia senantiasa menjaga kesucian dirinya. Tidak mudah mengeksploitasi diri dan kehormatannya, apalagi hanya sekedar menggodanya. Karena ingatlah selalu, bunga istimewa hanya untuk yang istimewa.

Wahai saudariku.... itulah gambaran tentang dirimu, sungguh teramat agung kedudukan dirimu. Maka senantiasa bersyukurlah kepada-Nya atas semua karunia, rahmat dan petunjuk-Nya. Takutlah engkau pada Allah dan laksanakan tugas-tugas yang dia wajibkan kepadamu agar engkau termasuk dalam golongan hambaNya yang selamat dan bahagia di dunia maupun di akhirat. Bertaqwalah kepada Allah, semoga Allah memberikanmu taufiq kepada apa-apa yang dicintai dari apa-apa yang engkau dengar dan engkau baca.

Kamis, 08 Mei 2008

Dari Kartini Sampai Feminisme Islam

‘Yang tak kalah spektakuler adalah gerakan sekelompok feminis Muslim yang merumuskan Counter Legal Draft (CLD) terhadap Kompilasi Hukum Islam (KHI) hasil produk Inpres No.1 tahun 1991. Bagi mereka, KHI masih mengidap cara pandang dan filosofi patriakrhi. Karena itu, perlu revisi agar selaras dengan semangat Islam yang menuntut keadilan dan kesetaraan.’

Perjuangan keadilan dan kesetaraan gender di negeri ini telah berlangsung lama, sejak sebelum Indonesia merdeka hingga era reformasi. Tokoh-tokoh dan isunya pun beragam. Jika dikategorisasi secara periodik, gerakan feminisme Indonesia punya empat gelombang. Pertama, dirintis oleh individu-individu yang tak terlembaga dan terorganisasi secara sistemik. Mereka bergerak sendiri-sendiri. Mungkin karena hambatan dan keterbatasan, perempuan sekuler seperti RA Kartini, tak bersinergi dengan perempuan Muslim dalam memperjuangkan hak-hak perempuan. Periode ini berlangsung senjak akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Tokoh-tokoh perempuan Muslim yang muncul pada periode ini, antara lain Rohana Kuddus (Minangkabau), Rahmah el-Yunusiyah, dan lain-lain. Mereka telah mendirikan pesantren khusus perempuan (ma'had lial-banat). Di pesantren, remaja-remaja puteri diajari baca-tulis. Telah disadari, belajar membaca dan menulis bukan hanya hak khusus kaum laki-laki. Tokoh-tokoh perempuan saat itu bukan hanya menuntut perbaikan pendidikan perempuan, tapi juga telah menggugat praktek poligami, pernikahan dini, dan perceraian yang sewenang-wenang. Gerakan individual yang baru dalam tahap rintisan ini tak bisa diharapkan punya pengaruh signifikan. Perjuangan mereka seperti berteriak di tengah belantara dunia patriakhi. Kedua, institusionalisasi gerakan dengan munculnya organisasi-organisasi perempuan seperti Persaudaraan Isteri, Wanita Sejati, Persatuan Ibu, Puteri Indonesia, Aisyi'ah Muhammadiyah, dan Muslimat NU. Ini berlangsung antara akhir 1920-an hingga akhir 1950-an. Isu yang berkembang masih sama dengan sebelumnya, yaitu emansipasi perempuan di pelbagai bidang, termasuk penolakan poligami, pembenahan pendidikan, dan sebagainya. Organisasi perempuan Muhammadiyah, Aisyi'ah, cukup gencar menyuarakan pentingnya perempuan mengambil bagian di ruang publik, karena mereka punya hak yang setara dengan laki-laki untuk meningkatkan kualitas diri. Cukup mengagetkan, Muslimat NU—yang dikenal tradisional—dalam sebuah konferensi di Surabaya (1930-an) mulai mendesak agar perempuan dibolehkan memasuki lembaga-lembaga politik. Desakan Muslimat NU ini dikukuhkan konferensi besar Syuriah NU (1957) di Solo yang membolehkan perempuan menjadi anggota parlemen. Pada periode ini, undang-undang keluarga pertama lahir: UU No. 22 tahun 1946. Salah satu pasalnya menyebut bahwa perkawinan, perceraian, dan rujuk harus dicatatkan. Penubuhan gagasan ke dalam sebuah undang-undang, sungguh terobosan baru. Ketiga, emansipasi perempuan dalam pembangunan nasional yang berlangsung sejak 1960-an hingga 1980-an. Dengan makin baiknya pendidikan perempuan, sejumlah perempuan mulai terlibat dalam proses pembangunan yang digalakkan Orde Baru. Perempuan bukan hanya diakui kemampuannya, tapi juga diajak aktif dalam mengisi pembangunan. Ada banyak tokoh perempuan Islam yang lahir pada periode ini, misalnya Zakiah Drajat. Ormas keagamaan tradisonal seperti NU memasukkan perempuan dalam komposisi Syuriah NU, seperti Nyai Fatimah, Nyai Mahmudah Mawardi, Nyai Khoriyah Hasyim. Ini tak lazim dan tak ada presedennya dalam sejarah NU. Hanya saja, gerakan perempuan pada periode ini belum maksimal. Perempuan cenderung tidak proaktif dalam proses-proses tersebut. Ini mungkin karena jumlah yang terlibat masih terbatas. Namun yang perlu dicatat, pada periode ini telah lahir Undang-Undang No. 1 tahun 1974 tentang Hukum Perkawinan. Di dalam Undang-Undang ini, poligami makin dibatasi. Laki-laki tak bisa mempraktekkan poligami tanpa mendapat ijin isteri. Pengetatan poligami ini sempat mengundang polemik tajam dalam tubuh umat Islam. Keempat, diversifikasi gerakan hingga ke level terbawah seperti pesantren.Ini berlangsung antara 1990-an hingga sekarang. Pada era ini terjadi sinergi antara feminis sekular dan feminis Islam. Feminis sekular seperti Saparinah Sadli, Wardah Hafidz, Nursyahbani Katjasungkana, Yanti Mukhtar dan Gadis Arivia, yang punya hambatan teologis dalam gerakan, mendapat injeksi moral- keagamaan dari para feminis Muslim. Begitu juga sebaliknya; para feminis Muslim mendapat pengayaan wacana dari tokoh-tokoh feminis sekuler. Mereka berjejaring dan bersinergi dalam memperjuangkan hak-hak perempuan. Muara yang hendak dituju sama, yaitu penguatan civil society, demokratisasi, dan penegakan HAM, termasuk keadilan dan kesetaraan gender. Prestasi yang perlu dicatat pada periode ini adalah lahirnya UU No.23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga. UU ini menegaskan bahwa kekerasan bukan hanya fisik, tapi juga psikis, seksual, atau petaran (Bab III pasal 5). Yang tak kalah spektakuler adalah gerakan sekelompok feminis Muslim yang merumuskan Counter Legal Draft (CLD) terhadap Kompilasi Hukum Islam (KHI) hasil produk Inpres No.1 tahun 1991. Bagi mereka, KHI masih mengidap cara pandang dan filosofi patriarkhi. Karena itu, perlu revisi agar selaras dengan semangat Islam yang menuntut keadilan dan kesetaraan. Para feminis Muslim yang fenomenal dalam gelombang ini, antara lain Sinta Nuriyah Wahid, Lies Marcoes-Natsir, Farha Cicik, Siti Musdah Mulia, Maria Ulfa Anshar, dan Ruhainy Dzuhayatin. Yang menarik, tak seperti periode sebelumnya, gelombang terakhir ini tak lagi diurus kaum perempuan per se, tapi juga disokong secara moral-intelektual oleh feminis laki-laki, seperti (alm.) Mansoer Fakih, Nasaruddin Umar, Budhy Munawar-Rachman, dan KH Husein Muhammad. Kehadiran mereka ikut menambah amunisi bagi kokohnya gerakan perempuan di Indonesia. Kiai Husein yang datang dari lingkungan pesantren, sebuah institusi yang selama ini dianggap sebagai lumbung konservasi teologi patriakhi, menulis sejumlah buku penguatan dan advokasi perempuan dari perspektif fikih. Kini generasi di bawah mereka sudah siap menyangga dengan perlengkapan intelektual yang mumpuni dan integritas diakui, seperti Faqihuddin Abdul Kodir, Marzuki Wahid, Syafiq Hasyim, Badriyah Fayumi, Masruchah, dan lain-lain. Tokoh-tokoh muda yang rata-rata lahir tahun 1970-an ini punya dedikasi tinggi bagi tegaknya keadilan dan punahnya diskriminasi di negeri ini.***
Islam Mosque