By
"Israwati Sarbia"
"Setting aksi kalianlah mahasiswa yang paling tahu, juga gagasan dan ide
yang kalian bawa, tapi ingat strategi chaos itu butuh ritme, butuh irama yang
jiwanya lahir dari dukungan nurani rakyat, militansi tanpa strategi hanya akan
menghasilkan mutasi isu, dan pada akhirnya kebenaran dan keadilan yang kalian
bawa akan menguap dan energy rakyat dan mahasiswa yang seharusnya menyatu
menjadi kontradiksi…"
Demonstrasi ada pada
titik-titik vital yang biasanya dilalui oleh pemangku keputusan, jalan-jalan
tikus jarang dilewati pejabat. Ketertiban hanya bagian dari doktrin kekuasaan
pada capital yang diaminkan masyarakat kelas menengah-atas. Masyarakat bawah
umumnya tidak peduli dengan ketertiban, mereka penat dengan urusan mencari
sesuap nasi. Dalam pandangan ekonomi politik, jalan raya punya arti strategis
saat aksi-aksi radikal pecah begitu juga dengan konteks waktu.Untuk member
shockteraphy pada kesadaran seluruh elemen, maka stratak untuk tidak tertib
harus dilakukan. Demostrasi itu seperti koboy yang bikin onar, biasanya koboy
baru bisa kita mengerti setelah jauh dari keonaran.
Aksi-refleksi membuat
demo jadi keniscayaan. Bila demonstrasi menjadi alas an kemarahan pada
kemacetan, cukup adilkah itu? Coba liat struktur tata ruang kota, bukankah
wajar kalau macet? Atau tidak kah kita marah pada sebab mereka demo? Jangan
melihat asapnya tapi tidak pada sumbu apinya. Lagipula di kota ini kita sudah
lama kacau, sampah, jalan, bangunan, alur perekonomian, dll. Mahasiswa sadar
pada kekacauan ini, stimulus dimensi fractal pada masyarakat yang percaya pada
pseudo ketertiban dan kenyamanan.
Sekian dan hidup
Mahasiswa……
(sekelumit pro dan
kontra masyarakat di kota Makassar terhadap aksi demonstrasi mahasiswa)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar