Kamis, 01 Agustus 2013

MAAF....

Kita semua memiliki fitrah kemanusiaan,
sama-sama memiliki akal,hati, dan nafsu.

Akal dan hati akan menarik kita kepada cinta, keikhlasan, rasa syukur, dan tentu saja pada akhirnya menuju kebenaran yang hakiki, yang dengan-Nya segala yang kita miliki tak akan pernah sia-sia. Nafsu akan menarik kita kepada amarah, dengki, iri hati, dendam, dan juga pada akhirnya akan menjerumuskan kita kepada kebathilan, jiwa yang gelap.

Tarik-menarik fitrah kemanusiaan itu adalah keniscayaan, karena hanya dengan demikian maka kita seutuhnya bisa dikatakan manusia. Kita tak mungkin menolak tarikan akal dan hati, karena tarikan itu akan menjaga diri kita, keluarga kita dan masyarakat kita dari kedamaian dan kebahagiaan. Seseoarang yang membunuh akal dan hati pada dirinya akan hidup tanpa cahaya, badannya hanya bernafas tapi jiwanya akan kering.

Di sisi lain kita tak mungkin menolak nafsu, karena juga merupakan bagian dari manusia. Kita bukanlah malaikat, kita butuh emosi dan keinginan untuk melanjutkan hidup, kita dibekali potensi untuk memilih berbagai pilihan, melakukan apa saja di dunia ini.

Lalu, sepanjang waktu berlalu

kita kerap menengadah ke atas, dan sering lupa menunduk ke bawah. Kita memiliki kesempurnaan sebagai manusia yang mungkin belum sempat kita syukuri satu-persatu; nafas, tubuh yang sehat, keluarga, dan seterusnya. Apakah udara yang kita hirup setiap menit mampu kita hitung sebagai sesuatu yang belum cukup?

Hidup yang Indah ini sering membuat kita lupa.

Ada seorang anak yang setiap saat melukai hati bening ibunya, ayahnya, saudaranya dan keluarganya. Mungkin ada di antara kita yang masih memelihara dengki, iri, dan dendam di dalam jiwa, lalu melupakan bahwa kita adalah mahluk sosial, mahluk yang perlu saling memahami, saling memaafkan.

Tuhan telah bersedia mengampuni umat manusia sebelum manusia berbuat kesalahan.

Dia yang Maha Pengampun dan pemaaf telah menciptakan 10 hari kesempatan di akhir bulan suci Ramadhan.
Dia dengan segenap kebenaran-Nya telah memberikan tanda kasih sayangnya kepada umat manusia. pernahkah kita merunut waktu-waktu kita yang lampau, mengingat dan berharap bahwa semoga di masa yang lalu kita tidak pernah membuat sesama tidak nyenyak tidurnya hanya karena kita berselisih paham, saling iri, dengki, atau sekedar Lupa meretas senyum dengan mereka.

Kita telah di beri tanda, ruang dan waktu untuk saling merangkul, memaafkan, dan sama-sama membuat kesadaran baru akan sebuah makna dibalik perbedaan. Kalau saja di masa lalu kita telah membuat hati yang lain terluka, maka keadilan Tuhan telah menyediakan tanda, ruang dan waktu untuk meminta maaf. Kalau saja di masa lalu hati kita pernah terluka oleh seorang sahabat, maka Keadilan Tuhan telah menyediakan tanda, ruang dan waktu untuk memberi maaf.

Itulah sisi-sisi keadilan-Nya yang berserakan hikmah yang tak pernah putus. Bahwasanya kita tak pernah berhenti diuji walau dalam keadaan senang dan menderita. Cinta-Nya telah membuat hidup kita begitu dinamis, kita membutuhkan kontradiksi dan perbedaan untuk memberi kesempatan kita untuk memilih hal itu atau hal ini. Memaafkan atau memberi maaf. 

Kita di ajak oleh akal dan hati kita yang lembut untuk senantiasa segera meminta maaf. Kebahagiaan yang begitu senyap, dalam dan tenang hanya di dapatkan oleh orang-orang Ikhlas saling memaafkan di kala Hari raya lebaran telah tiba. Ikhlas adalah sebuah kata kunci dari makna saling memaafkan. Jika saja cinta seorang anak kepada ibu dan bapaknya telah di tutup oleh tabir apapun tebalnya, maka tetaplah kekuatan Ikhlas akan meruntuhkanya.

Oleh karena itu

dikala kumandang takbir,tahlil dan tahmid telah bergema, ketika seluruh dunia telah melepaskan seruan kebaikan untuk lahir sebagai manusia yang lebih baik. Maka langkah pertama yang biasanya dilakukan adalah peristiwa memaafkan
Memohon ampun atas segala kesalahan kepada Allah S.W.T.
Meminta maaf kepada kedua orang tua sebagai manisfestasi pertama kecintaan Tuhan kepada umat manusia
Meminta maaf kepada istri/suami
Meminta maaf kepada kerabat dan keluarga
Meminta maaf kepada para sahabat, teman, rekan kerja, dan kepada seluruh manusia.

Dengan demikian, memaafkan masa lalu adalah sebuah batu loncatan untuk membuat resolusi hidup yang berkualitas, yang tentunya kehidupan selanjutnya yang bersandarkan kepada potensi atau fitrah kemanusiaan kita sendiri.segala yang nampak di dunia sebagai sesuatu yang relatif dengan demikian akan mengantarkan kita menuju kepada segala yang tak nampak dan mutlak. Dari dunia menuju akhirat- dengan perjalanan sebagaimana tuntunan nabi dan rasul, kehidupan menuju kesempurnaan akhlak.

Wallahu alam

Tidak ada komentar:

Islam Mosque